“Perbedaan hanya terletak di ibadah sunnah saja, sedangkan ibadah wajib sama.” Ujar Geuchik Gampong Juli Meurak, yang ditemui usai salat magrib di meunasah gampong. “Untuk apa kita perdebatkan mengenai hal yang sunnah, seperti baca qunut, do’a dan bershalawat secara bersama,” katanya lagi.
Foto : Plank nama Gampong Juli Cut Meurak
Bireueun - Terletak di kilometer 1 jalan Bireuen-Takengon, gampong ini berpenduduk 1.021 jiwa. Beragam etnis juga hidup rukun di perkampungan seluas 42 hektare ini, di antaranya Aceh, Padang, Jawa, Batak, China dan Tamil.
Beragam etnik di kampung ini tentu ada perbedaan keyakinan dalam beragama. Bahkan di Juli Cot Meurak ini, penganut Islampun hidup berdampingan dengan mazhab yang berbeda, yaitu Muhammaddiyah dan Ahlusunnah Waljama’ah.
Masyarakat setempat rutin melaksanakan pengajian selama seminggu sekali. Uniknya pengajian ini dibagi dua, untuk Ahlul Sunnah pada Minggu malam dan untuk Muhammadiyah pada Rabu malam.
Siti menambahkan, pada Ramadhan salat tarawih dilaksanakan secara bersamaan walaupun Muhammadiyah dan Ahlul Sunnah berbeda pendapat mengenai jumlah rakaat. Pengikut Muhammadiyah dan Ahlul Sunnah Waljamaah akan memulai taraweh bersamaan. Setelah 8 rakaat, pengikut Muhammadiyah segera meninggalkan meunasah dan memberikan ruang kepada pengikut Ahlul Sunnah Waljamaah untuk menyelesaikan tarawehnya hingga 20 rakaat.
* Taufik, Z. A adalah peserta pelatihan menulis jurnalistik bersama ATJEHPOSTcom di Universitas Almuslim, Bireuen-Aceh
No comments:
Post a Comment