Inilah Biografi Singkat Pemangku Wali Nanggroe Aceh 2012 - 2019 : Malik Mahmud
* Malik Mahmud Lahir Tahun 1939 (74 Tahun) Dan Dibesarkan Di Singapura, Semenjak MoU Helsinky Beliau Baru Menginjakkan Kakinya Ke Aceh, Dan Sampai Saat Ini Status Keluarganya Belum Menikah.
Nama Malik Mahmud yang sebenarnya: Malik Khaidir Mahmud. Pegawai pendaftaran kelahiran di Singapore tidak tau bagaimana mengeja Khaidir, maka ditulis Hayther atau Haythar. Penggunaan kata Al pada namanya, rekaan PA saja. Orang Aceh suka nama ke arab"-an (Al-Biruny). Malik lahir dan dibesarkan di Singapore. Yaitu Pada Tahun 1939, Ia Menghabiskan sebagian besar hidupnya di perantauan mengikuti orang tuanya yang bekerja sebagai saudagar di Singapura. Baru menginjak Aceh setelah penandatanganan MoU.
Ia sempat bekerja sebagai pegawai pencatatan dan kelahiran sipil, lalu terdaftar sebagai Tentara Marinir Singapura akibat Program Wajib Militer yang diberlakukan di negara tersebut.
Ibunya berasal dari Lampreh, Lambaro. Ayahnya, Haji Mahmud, berasal dari Lampuuk, Banda Aceh, asli Aceh, lari ke Singapura ketika mau ditangkap Belanda (Mujahidin) Pada Tahun 1925. Al-Marhum pedagang Aceh yang hebat, sangat kaya, punya tanah di mana" di Singapore. Haji Mahmud adalah gembong DI, sangat bersahabat dengan Teungku Ilyas Leube dan Teungku Daud Bereu'eh. Hubungannya dengan Hasan Tiro hampir seperti anak.
Hasan Tiro selama DI sangat rapat dengan keluarga Mahmud, terutama dengan Amir Rashid (abangnya Malik, salah seorang Mentri GAM). Haji Mahmud (Ayah Malik Mahmud) sangat berjasa pada masyarakat Aceh di Singapore, dan juga bagi orang Melayu, dikenal sebagai Ayah Aceh. Ketika terjadi racial clash di Singapore, orang Melayu seluruh Geylang lari berlindung ke rumahnya. Orang" Aceh Kongsi, Permi, Permai (perusahaan2 besar Aceh di Malaya), banyak mendapat kontak awal di luar negeri melalui Haji Mahmud.
Malik Mahmud punya banyak sepupu di Indonesia. Raja Kopi Indonesia, almarhum Mustapha ("Van Mook"), adalah salah seorang sepupunya dari pihak ayah.
Saat pertemuan di Stavanger, Nur Djuli mengusulkan kepada Hasan Tiro untuk mengangkat Malik Mahmud menjadi Perdana Menteri dan Zaini Abdullah sebagai Menteri Luar Negeri Neugara Acheh. Kesepakatan itu tertuang dalam Deklarasi Stavanger pada hari minggu, 2 Juli 2002.
Setelah Wafat Muhammad Hasan Tiro, Atas Kesepakatan Sebagian Pihak Petinggi GAM Malik Mahmud Di Angkat Menjadi Pemangku Wali Nanggroe, Dan Tepat Hari Jumat, 2 November 2012, Malik Mahmud Menjadi Pemangku Wali Nanggroe Periode 2012-2019. Dan Sampai saat Ini Beliau Belum Berkeluarga (Belum Menikah).
Dalam Qanun Wali Nanggroe ini, wali nanggroe merupakan pemimpin adat. Di antara tugasnya adalah mengukuhkan parlemen Aceh dan kepala Pemerintahan Aceh secara adat, memberikan pandangan, arahan, dan nasehat kepada eksekutif dan legislatif.
Kabar ACEH
No comments:
Post a Comment