- Batik motif Aceh terus mulai diminati masyarakat, baik dari luar maupun dari Aceh sendiri, khususnya Masyarakat Aceh, Pengusaha dan pegawai negeri sipil di Aceh
Banda Aceh - Batik Aceh mulai mucul tahun 1980-an yang saat itu provinsi yang dijuluki "Serambi Mekkah" itu dipimpin Ibrahim Hasan.
Menurut Sekretaris Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Aceh Ir Netty Muharni MURP, pada saat itu Gubernur Ibrahim Hasan menantang pengusaha, siapa yang berani memproduksi batik yang memiliki khas Aceh.
Gubernur Ibrahim Hasan pada waktu itu menilai, Aceh sangat kaya dengan motif. Jadi tidak ada salahnya motif tersebut dijadikan bahan untuk membuat batik.
"Sehingga pada waktu itu, ada salah seorang pengusaha konveksi Zaini Azis bersedia menerima tantangan Gubernur Ibrahim Hasan untuk memproduksi batik, yang dikenal dengan `Batik Zean'," kata Netty yang juga Kepala Bidang Promosi pada Badan Investasi dan Promosi Aceh.
Motif batik Aceh yang muncul pada saat itu motif Gayo, pintu Aceh, rencong (senjata khas Aceh), dan meuketop (topi tradisional Aceh).
Selanjutnya, perkembangan batik Aceh terus meningkat seiring dengan perjalanan waktu.
Menurutnya, harga kain batik motif Aceh antara Rp250.000 hingga Rp1 juta dan tergantung dari jenis kainnya.
Balai Rumah Batik rata-rata bisa memproduksi 200 potong bakal kain baju setiap bulan.
Ia mengatakan, terdapat beberapa jenis kain yang banyak diminati warga di provinsi paling ujung barat sumatera yakni berbahan katon morry, doby, piscos, sutra super, sutra timbul, sutra ATM dan sutra ATBM.
"Kalau motif batiknya yang paling diminati rencong, pintu Aceh dan gayo," katanya lagi.
Motif yang digunakan pada batik Aceh juga mengandung makna falsafah hidup masyarakat Aceh
Banda Aceh - Batik Aceh mulai mucul tahun 1980-an yang saat itu provinsi yang dijuluki "Serambi Mekkah" itu dipimpin Ibrahim Hasan.
Menurut Sekretaris Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Aceh Ir Netty Muharni MURP, pada saat itu Gubernur Ibrahim Hasan menantang pengusaha, siapa yang berani memproduksi batik yang memiliki khas Aceh.
Gubernur Ibrahim Hasan pada waktu itu menilai, Aceh sangat kaya dengan motif. Jadi tidak ada salahnya motif tersebut dijadikan bahan untuk membuat batik.
"Sehingga pada waktu itu, ada salah seorang pengusaha konveksi Zaini Azis bersedia menerima tantangan Gubernur Ibrahim Hasan untuk memproduksi batik, yang dikenal dengan `Batik Zean'," kata Netty yang juga Kepala Bidang Promosi pada Badan Investasi dan Promosi Aceh.
Motif batik Aceh yang muncul pada saat itu motif Gayo, pintu Aceh, rencong (senjata khas Aceh), dan meuketop (topi tradisional Aceh).
Selanjutnya, perkembangan batik Aceh terus meningkat seiring dengan perjalanan waktu.
Menurutnya, harga kain batik motif Aceh antara Rp250.000 hingga Rp1 juta dan tergantung dari jenis kainnya.
Balai Rumah Batik rata-rata bisa memproduksi 200 potong bakal kain baju setiap bulan.
Ia mengatakan, terdapat beberapa jenis kain yang banyak diminati warga di provinsi paling ujung barat sumatera yakni berbahan katon morry, doby, piscos, sutra super, sutra timbul, sutra ATM dan sutra ATBM.
"Kalau motif batiknya yang paling diminati rencong, pintu Aceh dan gayo," katanya lagi.
Motif yang digunakan pada batik Aceh juga mengandung makna falsafah hidup masyarakat Aceh
No comments:
Post a Comment