Hari Ini 3 Juni 2013, Tiga Tahun Meninggalnya DR.Teungku Hasan di Tiro, Tak Ada Agenda Khusus Dari Pihak Partai Aceh/KPA Untuk Sang Deklarator GAM Tersebut
- Juru bicara Partai Aceh, Fachrul Razi mengatakan sejauh ini pihaknya belum mendapatkan informasi terkait agenda mengenang hari wafatnya mantan Wali Naggroe.
“Nyan ulon hana muphom, gohna info (itu saya tidak faham, belum ada informasi-red),” ujar Fachrul Razi kepada The Globe Journal, Minggu (02/06/2013).
Banda Aceh - Kamis 3 Juni 2010 lalu. "Wali [Teungku Hasan] sudah meninggalkan kita," kata Pemangku Wali Nanggroe, Malik Mahmud Al-Haytar (saat itu masih menjabat sebagai Meuntroe-red) dalam Bahasa Aceh kepada para mantan Anggota GAM yang menunggu di depan ruang lobi ICCU Rumah Sakit Zainoel Abidin Banda Aceh.
Beberapa petinggi Komite Peralihan Aceh tampak berlinang air mata saat itu. Mereka merasa sangat kehilangan tokoh karismatik Aceh. Tidak hanya bagi eks kombatan, meninggalnya Wali Hasan Tiro juga membuat Aceh berkabung.
Iring-iringan dan raut berkabung ribuan orang tiga tahun lalu, cukup memberi penjelasan, sosok yang akan dimakamkan adalah tokoh kharismatik, yang dihormati.
Wali Hasan Tiro lahir pada 25 September 1925. Ia lahir di Tiro Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, tepatnya di Desa Tanjong Bungong, Lameulo atau sekitar 20 kilometer dari Sigli.
Dia adalah keturunan ketiga Tengku Chik Muhammad Saman di Tiro. Hasan merupakan anak kedua pasangan Tengku Pocut Fatimah dan Tengku Muhammad Hasan. Tengku Pocut inilah cucu perempuan Tengku Chik Muhammad Saman di Tiro yang menjadi pahlawan nasional Indonesia.
Pada Januari 1965, Hasan Tiro menggagas ide negara Aceh Sumatra Merdeka atau Acheh Sumatera National Liberation Front (ASNLF) dan melahirkan Gerakan Aceh Merdeka sebagai sayap militernya.
Sementara proklamasi yang dilakukan pada 4 Desember 1976 hanyalah kristalisasi dari ide yang sudah disosialkannya sejak 1965. Saat itu, Wali Hasan Tiro ikut keluar-masuk hutan bersama pasukannya pada tahun 1976 untuk memisahkan diri dari Indonesia.
T. Nasruddin Syah dalam bukunya “Aceh Negeri Bayangan” menyebut Alm Hasan Tiro sebagai intelektual muda Aceh yang revolusioner, ketika pada 1970-an mulai memperjuangkan Aceh merdeka.
Wali Hasan Tiro menghembuskan nafasnya yang terakhir Kamis, 3 Juni 2010, pukul 12.12 WIB. Sehari sebelum menghembuskan nafas terakhir, Wali Nanggroe Hasan Tiro secara resmi mendapatkan kembali kewarganegaraan Indonesia-nya.
Pada tahun pertama peringatan Hasan Tiro meninggal, ribuan warga dari sejumlah daerah di Aceh, Kamis 2 Juni 2011, memadati kompleks pemakaman di Desa Mereu. Masyarakat menggelar doa bersama dan kenduri bagi anak yatim. Tahun kedua, peringatan serupa juga dilaksanakan di Meureu.
Hari ini, Senin 3 Juni 2013, merupakan tiga tahun meninggalnya Hasan Tiro, seorang pria yang menurut Van Dijk, sejarawan asal Rotterdam, Belanda, memiliki pesona dan keteguhan hati, serta tingkat inteligensi tinggi.
No comments:
Post a Comment