Friday, June 14, 2013

Kisah Abuwa Min, Pahlawan Adipura (Penghargaan Kebersihan) Kota Banda Aceh

Kisah Abuwa Min, Pahlawan Adipura (Penghargaan Kebersihan) Kota Banda Aceh

* Abuwa Min mengatakan, yang paling tidak menghargai kebersihan di kota ini adalah para pengguna jalan. Seenaknya, kata dia, mereka membuang sampah sembarangan.

Banda Aceh - Lalu-lalang kendaraan di Jalan Sudirman, Kecamatan Banda Raya, Banda Aceh, tak menganggu lelaki tua itu, Rabu sore, 12 Juni 2013.

Sebatang rokok daun nipah disulutnya. Matanya menerawang jauh, seperti menembus seliweran kendaraan bermotor yang dengan deru suaranya saja terasa memusingkan kepala. Tapi pria itu duduk santai seperti tak peduli.

“Ada perlu apa?” tanyanya saat ATJEHPOSTcom mengajaknya bicara.

Namun saat disinggung soal Piala Adipura yang baru saja diraih Banda Aceh untuk keenam kalinya, pria tua ini terkekeh.

“Orang mana tahu Adipura itu diperoleh bagaimana. Yang orang tahu kan, kota mereka bersih, layak dapat Adipura,” ujarnya sembari sambil menyeka dahi setelah membuka topi warna coklat yang lusuh.

Namanya M Amin, warga Ulee Kareng, Banda Aceh, yang telah lama bekerja menjadi penyapu jalan. “Banyak yang panggil saya Mat Amin. Tapi sering juga dipanggil Abuwa Min,” ujarnya sambil terkekeh lagi.

Saat ditanya tahun lahirnya, ia menggeleng sembari berujar, “Umu lon paleng na 60 thon. Kureueng na, leubeh tan. Bek ka tanyong thon lahee, hana teucatat. Nyang na lon ka lhee droe cuco, aneuk limong (Umur saya 60 tahun. Jangan tanya tahun lahir, tidak tercatat. Yang jelas, saya sudah punya tiga cucu, anak lima).”

Dua tahun terakhir ini, ia berkutat di sepanjang jalan lingkup Kecamatan Banda Raya. Selama bekerja, ia menerima gaji sebagaimana mestinya. Walaupun jika dihitung-hitung, menurutnya, serba tak cukup. Tapi setidaknya bisa mengepulkan asap dapur keluarga.

Saat Banda Aceh menjuarai Adipura, ia pernah dua kali mendapat bonus Rp1 juta dan Rp1,5 juta. Untuk yang satu ini, menurutnya, walau Banda Aceh telah mendapat gelar Adipura keenam kali, bonus diterimanya secara bergiliran. “Kalau setiap juara uangnya dibagi semua, mana cukup.”

"Kamu tahu, yang tak habis pikir lagi, orang yang bawa mobil. Buka kaca, buang tisu, botol minuman seenaknya saja. Pernah juga saya dapati ibu-ibu naik mobil mewah, buka kaca mobil, buang sue jagong di jalan. Itu saya ingat sekali. Dia buang tepat di depan saya selagi menyapu di jalan ini.

No comments:

Post a Comment