Tuesday, June 18, 2013

DARI PADA LARI KELUAR NEGERI PRESIDEN PERTAMA RI RELA MENJADI TUMBALREVOLUSI


MERDEKA.COM. Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno meninggal dunia tanggal 21 Juni 1971. Kekuasaan Soekarno secara perlahan dipreteli penguasa Orde Baru. Sejak 1 Oktober 1965, awan hitam mulai melingkupi senjakala di hari-hari terakhir Soekarno.

Jenderal Soeharto saat itu menguasai hampir seluruh kekuatan militer. Orang yang dianggap PKI atau Soekarnois dengan mudah ditangkap dan dibunuh. Banjir darah dimana-mana.

Di tengah kondisi yang semakin mencekam, sekitar tahun 1967 para loyalis Soekarno meminta agar sang presiden pergi ke luar negeri untuk sementara. Jika keadaan sudah aman, Soekarno bisa kembali ke Indonesia. Saat itu Soekarno banyak memiliki sahabat di luar negeri. Tentu dengan mudah mereka akan memberikan bantuan.

Apa jawaban Soekarno?

"Saya tidak mau. Masak saya harus meninggalkan rakyat dalam kondisi seperti itu," kata Soekarno tegas.

Kalau ke luar negeri tidak mau, mereka meminta Soekarno bersembunyi di Jawa Timur saja. Daerah itu dikenal sebagai tanah kelahiran sang proklamator. Loyalis Soekarno di sana militan. Sebagian besar kekuatan militer di sana juga mendukung Soekarno.

Lagi-lagi Soekarno tidak mau. Hal ini tentu membuat kesal para loyalisnya. Hal itu diceritakan dalam buku 'Hari-hari Terakhir Soekarno' yang ditulis Peter Kasenda dan diterbitkan Komunitas Bambu.

"Bung Karno ini kok apa-apa tidak mau. Maunya apa? Keadaan Bung Karno sudah seperti ini. Kita ingin Bung Karno selamat. Semestinya Bung Karno menurut" kata Nyonya Supeni yang mewakili para pendukungnya.

Soekarno yang semula diam, angkat bicara. Dia mengingatkan tahun 1957, kapal induk Amerika Serikat sudah berlayar ke perairan Indonesia. AS kala itu membantu pemberontakan PRRI/Permesta di Sulawesi dan Sumatera. AS menyumbang dana dan senjata untuk memecah Indonesia. Kini, jika dirinya pergi, pasti AS akan melakukan hal itu lagi.

"Kalau saya pergi ke luar negeri atau saya pergi ke Jawa Timur dan kemudian terjadi perang saudara melawan orang yang hendak menjatuhkan saya. Kamu tahu saya tidak bisa melihat pertumpahan darah di antara kita sendiri. Tidak," tegas Soekarno.

Soekarno bicara panjang lebar soal pencapaian Indonesia merebut Irian Barat dari Belanda. Sayang sekali negara persatuan yang sudah membentang dari Sabang sampai Merauke terpecah-pecah karena perang saudara.

"Ingatlah, biar saya tenggelam asal negara kesatuan Republik Indonesia tetap eksis," kata Soekarno.

Soekarno memilih takdirnya. Kelak dia akan dimasukkan tahanan rumah oleh pemerintahan Orde Baru hingga meninggal. Nasib Bapak Bangsa ini berakhir tragis. Tumbal untuk revolusi Indonesia.
Sumber: Merdeka.com

No comments:

Post a Comment