Friday, June 21, 2013

Dilarang Memotret Meuligoe Wali Nanggroe

Dilarang Memotret Meuligoe Wali Nanggroe Bagi Masyarakat Yang Ingin Mengabadikannya Dengan Kamera

Oleh : Nurlina

Jumat, 21 Juni 2013 10:22

Ini kisah lama yang masih mengganjal batin saya hingga kini. Alkisah, pada hari Rabu (20/3/2013) menjelang magrib saya kebetulan melintasi jalan raya di depan Lembaga Wali Nanggroe yang sedang dibangun dari arah Lambaro dengan mengendari mobil. Tiba-tiba terlintas keinginan untuk mengambil gambar gedung megah yang sedang dibangun itu dari arah depan.

Pada saat sedang mencari posisi yang pas untuk mengambil gambar (karena pagar yang menjulang tertutup tumbuhan merambat), tiba-tiba datang seorang petugas security dengan mengendari sepeda motor langsung menghampiri pintu mobil, lalu menanyakan saya dari mana. Ia juga mengatakan dilarang memotret gedung Lembaga Wali Nanggroe dan saya diminta masuk ke dalam pekarangan dan melapor ke Pak Jul di pos jaga.

Akhirnya, saya masuk ke pekarangan menuju pos jaga, disambut oleh seorang petugas polisi. Polisi tersebut mengatakan, memang semua orang dilarang memotret meskipun tak ada papan pemberitahuan resmi, dan itu atas perintah Wali. “Jangan sampai besok sudah beredar foto itu di media cetak, marah Wali. Kenapa harus memotret dari luar, apa takut masuk ke dalam dana minta izin padahal ada penjaga di situ? Muzakir Manaf sekalipun melapor kepada mereka kalau ke lokasi. Kalau mau memotret besok pagi balik kemari minta izin dengan yang punya proyek. Potret dari dalam saja,” kata si polisi.

Menurut saya aneh, baru kali ini saya mendengar gedung publik yang bukan merupakan gedung pertahanan dan keamanan, dibangun dengan uang rakyat, tidak boleh dipotret tanpa seizin Wali Nanggroe.

Beberapa orang di pos jaga senyum dan tertawa-tawa melihat saya diomeli. Salah seorang di antaranya merekam semua adegan dengan handphone yang diletakkan di atas kepala. Yah, begitulah nasib rakyat di depan Istana Wali Nanggroe. Belum apa-apa rakyat sudah diusir, entah bagaimana kalau Istana Wali Nanggroe itu sudah mulai terisi dan beroperasi. Mungkin lebih dari ini perlakuan semena-mena orang-orangnya terhadap rakyat Aceh. Sebagai rakyat Aceh saya merasa sedih, kecewa, dan dipermalukan seolah-olah tertangkap basah sedang melakukan perbuatan kriminal di depan Istana Wali Nanggroe yang katanya pemersatu rakyat itu.

Nurlina

Serambinews.com

No comments:

Post a Comment