Sunday, June 2, 2013

Rokok Kebutuhan Kedua Setelah Beras di Aceh

“ Stroke, penyakit jantung, hipertensi, diabetes itu sangat tinggi di Aceh. Salah satu penyebabnya adalah rokok,” sebut Teuku Muhammad Thaib, Konsultan Kesehatan Anak Asal Aceh 

ACEH - Angka perokok di provinsi Aceh memang tinggi, dengan mayoritas pelakunya laki-laki. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan RI, pada 2010 perokok aktif di Provinsi Aceh mencapai 37,1 persen, berada di atas rata-rata nasional yang hanya 34,7 persen. Rata-rata mereka mengisap 10 hingga 30 batang rokok per hari.

Kepala Dinas Kesehatan Banda Aceh, Media Yulizar, mengatakan, angka itu meningkat tajam dibanding data riset 2007 yang rata-rata menghabiskan 19 batang rokok per hari. “Delapan dari 10 laki-laki di Aceh adalah perokok,” katanya.

Konsultan Kesehatan Anak di RSU Zainal Abidin Banda Aceh yang aktif mengampanyekan bahaya rokok, Teuku Muhammad Thaib, mengatakan, bayi atau anak yang orang tuanya merokok sangat rentan terkena penyakit.

“Biasanya kita para orang tua habis pulang entah dari mana, langsung menggendong anak. Kita tidak sadar kalau baju kadang sudah tertempel residu beracun yang bisa terhirup anak kita. Itu sangat bahaya bagi kesehatan si anak,” jelas Thaib.

Di Aceh, merokok bukan hanya berdampak pada kesehatan, tapi juga berpengaruh buruk terhadap sosial ekonomi masyarakat. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, rokok ikut menyumbang andil besar terhadap kemiskinan. Pendapatan per kapita setiap bulan masyarakat Aceh pada 2012 sebesar Rp320 ribu.

Sebenarnya rokok bukanlah bahan makanan, namun BPS terpaksa memasukkan komoditas itu ke dalam survei persentase komoditas kebutuhan dasar makanan, karena besarnya pengeluaran masyarakat terhadap rokok. “Bahkan pengeluaran untuk rokok ini jauh melampaui pengeluaran untuk membeli daging yang hanya 0,61 persen,” tukas Ramlan.

No comments:

Post a Comment