- Tak hanya memperkenalkan seni dan budaya Aceh, Warga Aceh komit dalam pelaksanaan kegiatan agama Islam, termasuk pengajian rutin dua kali sebulan. Lokasi pertemuan bergilir seperti layaknya arisan. Namun sering juga diadakan pertemuan di alam terbuka sambil piknik keluarga, yakni di King Park yang berpusat di kota Perth dan TPA Lenora di Vicroria Park.
Autralia - Di Western Australia atau lebih dikenal dengan Perth, banyak mahasiswa berasal dari Aceh. Selain pelajar, warga Aceh juga ramai berdomisili di Negeri Kangguru tersebut.
Berangkat dari gagasan bersama kemudian dibentuk Komunitas Aceh Society of Western Australia (ASWA). ASWA diresmikan pada 14 April 2013 lalu di Gedung Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Perth Australia. “Saat ini komunitas beranggotakan lebih 100 orang, diketuai Syaifullah Muhammad, putra Aceh,” kata Agusti Rizki, 29 tahun, wanita kelahiran Lhokseumawe yang menetap di Australia kepada ATJEHPOSTcom, Senin, 13 Mei 2013.
Untuk memperkenalkan budaya Aceh ke luar negeri, ASWA bekerja sama dengan TPA Lenora Victoria Park Western Australia akan mengusung Tari Saman dan Rapai pada Pagelaran Seni Budaya dan Kuliner Indonesia di Gedung KJRI Perth, 23 Juni 2013 mendatang. Khusus untuk bazaar kuliner Aceh, Sate Matang dan Ayam Tangkap jadi idola.
Kegiatan keagamaan dilakukan rutin dari Senin hingga Jumat. Khusus hari Jumat, kaum adam melaksanakan salat di masjid sekitar lokasi pengajian, salah satunya Masjid Thonly. Saat pengajian juga digelar ceramah agama.
Uniknya lagi, meski telah lancar berbahasa Inggris, para anggota tergabung dalam ASWA tetap berkomunikasi dengan bahasa Aceh. Tak terkecuali anak-anak. "Itu dilakukan agar tidak ada yang melupakan Aceh sebagai tanah indatu (nenek moyang)," kata Agusti Rizki.
“Untuk persiapan pementasan nanti, segala atribut telah didatangkan langsung dari Aceh. Mulai dari rapai, pakaian adat Aceh untuk tarian dan pernak-pernik aksesoris khas Aceh lainnya. Pokoknya benar-benar Aceh, karena itu budaya kita,” ujar Agusti Rizki
Autralia - Di Western Australia atau lebih dikenal dengan Perth, banyak mahasiswa berasal dari Aceh. Selain pelajar, warga Aceh juga ramai berdomisili di Negeri Kangguru tersebut.
Berangkat dari gagasan bersama kemudian dibentuk Komunitas Aceh Society of Western Australia (ASWA). ASWA diresmikan pada 14 April 2013 lalu di Gedung Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Perth Australia. “Saat ini komunitas beranggotakan lebih 100 orang, diketuai Syaifullah Muhammad, putra Aceh,” kata Agusti Rizki, 29 tahun, wanita kelahiran Lhokseumawe yang menetap di Australia kepada ATJEHPOSTcom, Senin, 13 Mei 2013.
Untuk memperkenalkan budaya Aceh ke luar negeri, ASWA bekerja sama dengan TPA Lenora Victoria Park Western Australia akan mengusung Tari Saman dan Rapai pada Pagelaran Seni Budaya dan Kuliner Indonesia di Gedung KJRI Perth, 23 Juni 2013 mendatang. Khusus untuk bazaar kuliner Aceh, Sate Matang dan Ayam Tangkap jadi idola.
Kegiatan keagamaan dilakukan rutin dari Senin hingga Jumat. Khusus hari Jumat, kaum adam melaksanakan salat di masjid sekitar lokasi pengajian, salah satunya Masjid Thonly. Saat pengajian juga digelar ceramah agama.
Uniknya lagi, meski telah lancar berbahasa Inggris, para anggota tergabung dalam ASWA tetap berkomunikasi dengan bahasa Aceh. Tak terkecuali anak-anak. "Itu dilakukan agar tidak ada yang melupakan Aceh sebagai tanah indatu (nenek moyang)," kata Agusti Rizki.
“Untuk persiapan pementasan nanti, segala atribut telah didatangkan langsung dari Aceh. Mulai dari rapai, pakaian adat Aceh untuk tarian dan pernak-pernik aksesoris khas Aceh lainnya. Pokoknya benar-benar Aceh, karena itu budaya kita,” ujar Agusti Rizki
No comments:
Post a Comment