Sunday, May 12, 2013

MENGENANG 12 TAHUN GUGURNYA "TEUKU DJOHAN" DI PINTU BARAT MESJID RAYA BAITURRAHMAN (10 Mei 2001 - 10 Mei 2013)

- Namun Hingga Detik Ini, Belum Ada Kepastian Hukum dan Konfirmasi Tentang Perkembangan Kasus Ini Serta Aktor Utama Di Balik Pembunuhan Ini, Juga Tokoh-tokoh Aceh Lainnya Yang Di Bunuh Secara Tidak Wajar

Banda Aceh - Kamis, 10 Mei 2001 pada 12 tahun yang lalu, seusai shalat maghrib berjamaah, Teuku Djohan, Wakil Gubernur Aceh saat itu berjalan sendirian tanpa pengawalan keluar dari pintu gerbang barat Mesjid Raya Baiturrahman, seperti biasa pulang dengan berjalan kaki menuju ke rumah dinasnya di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh.

Sambil berjalan kaki di trotoar mesjid kebanggaan rakyat Aceh yang pernah dibelanya dahulu terhadap rencana Panglima ABRI Jenderal LB Moerdani yang ingin mendirikan Gereja megah didepannya, Teuku Djohan sempat menyapa beberapa warga yang sedang duduk di emperan toko di tepi jalan.

Sementara itu, sebuah mobil Kijang warna coklat tampak parkir di seberang jalan. Di dalam mobil itu, dua orang sedang mengawasi Teuku Djohan, dan saat melihat Teuku Djohan melintas, seseorang memberi instruksi lewat handphone.

Tiba-tiba sebuah sepeda motor yang dikendarai dua pria mendekati Teuku Djohan dari arah belakang, salah seorang melompat turun dan langsung membuntuti Teuku Djohan. Pria itu menempelkan pistol di belakang telinga Teuku Djohan sehingga Teuku Djohan terkejut dan mencoba berpaling. Tanpa sepatah katapun, pria itu langsung menarik pelatuk pistolnya. Dagu Teuku Djohan terkena peluru, darah pun muncrat!

Di latar belakang tampak orang-orang pada lari berhamburan menyelamatkan diri, ada yang masuk ke dalam toko, dan yang lainnya kabur menyisakan raungan suara motor dan becak mesin.

Teuku Djohan terhuyung-huyung menuju ke jalan aspal dan roboh. Namun pria berpistol itu dengan dingin kembali melepaskan dua kali tembakan berikutnya. Satu peluru mengenai leher dan satu lagi mengenai telinga. Teuku Djohan pun gugur dengan posisi menyamping di jalan raya sekitar lima meter dari pagar Mesjid Raya Baiturrahman. Si penembak melompat ke atas sepeda motor yang dikemudikan temannya, lalu melaju kencang dan menghilang.

Suasana mendadak sepi mencekam, meninggalkan Teuku Djohan sendirian bersimbah darah. Tapi sang jenderal itu belum meninggal, ia masih berjuang untuk bisa bertahan hidup, namun darahnya terus mengucur menggenangi aspal.

Pelan-pelan kepala sang jenderal pun terkulai, sebuah senyum damai menghiasi wajahnya. Putra terbaik Koetaradja asli Aceh Besar yang dikenal sebagai sosok pemimpin yang sederhana ini akhir pergi memenuhi panggilan sang Khalik.

Tiba-tiba kota Banda Aceh mendadak gelap gulita karena terputusnya aliran listrik PLN.

Semoga Alm. Teuku Djohan selalu mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT. Namanya akan terus terukir dihati setiap masyarakat Aceh atas segala perjuangannya untuk kejayaan Islam di negeri syariah ini. Amin.

No comments:

Post a Comment