Showing posts with label ban mobil. Show all posts
Showing posts with label ban mobil. Show all posts

Monday, February 25, 2013

Cermati Hal Ini Saat Ganti Ban Mobil

Ban buat mobil merupakan komponen yang sangat penting, bagi yang sudah waktunya mengganti ban lama dengan baru harus memperhatikan beberapa hal. Apalagi ingin upgrade ukuran. 

Seiring perkembangan zaman dan persaingan industri ban nasional, beragam merek dunia maupun lokal memenuhi lantai bursa Tanah Air. Harga dan kualitas pun kian bersaing satu sama lain. 
Paling tidak ada 3 hal yang harus diperhatikan jika ingin mengganti ban. Pertama pastikan load index ban minimal sama seperti ban aslinya. Misalnya, Daihatsu Luxio tipe M memiliki load index 91, untuk ban pengganti harus sama, akan lebih baik jika dinaikkan menjadi 92. Load index adalah kemampuan ban untuk membopong beban. 

Hal penting berikutnya, peruntukan ban tersebut. Maksudnya, apakah akan untuk dipakai sport, atau hanya ganti ban standar saja. Sebab beda peruntukan akan berbeda pula varian ban yang dipakai, meski memiliki ukuran yang sama. Perbedaannya akan ada di load index dan speed index (simbol kecepatan). 

Jika ingin mengganti ban yang lebih ekonomis juga harus memperhatikan konversi ukuran. Hal ini penting seandainya akan mengganti dengan ukuran berbeda. Untuk Luxio, ukuran ban standar 195/65-R15. Jika ingin dikonversi bisa memilih 205/60-R15 atau 205/55-R16. Konversi ini berhubungan dengan pembacaan kecepatan di odometer.

Jika ketinggian ban diturunkan jadi 195/55-R15 maka pembacaan di odometer dengan kecepatan sesungguhnya berbeda. Pembacaan di odometer mungkin sudah 100 km/jam, namun actual speed hanya 80-90 km/jam. Demikian juga jika dinaikkan jadi 205/65-R15, maka yang terjadi kebalikannya.

Thursday, February 14, 2013

Inilah Kebiasaan Buruk yang Merusak Ban Mobil (Bag.2)

Ba­nyak tindakan atau kebiasaan pengemudi yang bisa merusak atau memperpendek umur pakai ban. Bila dibiarkan, tentu Anda akan mengeluarkan biaya ekstra atau bahkan mengundang bencana.

Agar tidak terjadi, tentu Anda perlu mengetahui beberapa perilaku berken­dara atau pun hal teknis yang kerap terabaikan.

Sering melewati jalan rusak
Menghantam lubang atau melewati jalan rusak merupakan siksaan tersendiri bagi ban. Benturan yang terjadi bisa menyebabkan cedera pada ban seperti pecah atau benjol. Kerusakkan bisa makin parah bila benturan terjadi saat ban dengan tekanan angin di bawah standar yang ditentukan.

Membiarkan mobil diam hingga berminggu-minggu
Membiarkan mobil diam di satu tempat berminggu-minggu bisa menyebabkan flat spot pada ban. Ini adalah bagian ban yang menjadi rata akibat tumpuan pada satu titik dalam jangka waktu lama. Jadi sebaiknya jika ingin menyimpan mobil dalam waktu lama gunaka jack stand untuk mencegah kontak ban dengan lantai garasi.

Membawa beban melampaui load index ban
Load index adalah kemampuan ban dalam menopang beban. Rumusnya, semakin tinggi load index, maka semakin tinggi kemampuan menerima bebannya. Bila ban menahan beban melebihi load index-nya bisa mempercepat keausan tapak dan bahkan merusak dinding ban.

Membiarkan kerikil berdiam di ban
Batu kecil atau kerikil kerap ditemui di sela-sela telapak ban. Jangan sepelekan karena tajamnya kerikil dapat merobek ban dan menyebabkan air masuk ke dalam kontruksi ban. Dalam jangka panjang, kondisi ini akan merusak kontruksi anyaman kawat baja dalam ban akibat korosi. Kekuatan dan daya tahan ban pun terancam. Atau bahkan tidak bisa dipakai sama sekali.

Tidak melakukan rotasi secara berkala
Rutin melakukan rotasi termasuk salah satu cara untuk memperpanjang usia pakai ban. Rotasi ban mencegah terjadinya keausan tidak merata pada ban. Penukaran sebaiknya dilakukan setiap 5.000 km dengan pola depan-belakang, yaitu ban depan ditukar dengan ban belakang. Bersamaan dengan itu, periksa pula tire wear indicator (TWI) yang berada di alur ban untuk memastikan usia pakainya tidak terlewat.

Wednesday, February 13, 2013

Inilah Kebiasaan Buruk yang Merusak Ban Mobil (Bag.1)

Ba­nyak tindakan atau kebiasaan pengemudi yang bisa merusak atau memperpendek umur pakai ban. Bila dibiarkan, tentu Anda akan mengeluarkan biaya ekstra atau bahkan mengundang bencana.

Agar tidak terjadi, tentu Anda perlu mengetahui beberapa perilaku berken­dara atau pun hal teknis yang kerap terabaikan.
Mengemudi dengan tekanan angin kurang atau kelebihan angin
Tekanan ban yang tidak sesuai rekomendasi produ­sen mobil menjadi salah sa­tu penyebab kerusakan ban atau mempersingkat usia pakainya. Ban yang kem­pis membuat hambatan gulir (rolling resistence) bertambah, BBM semakin boros, sehingga ban menjadi ekstra panas dan akhirnya mengurangi daya ta­hannya. Bila kondisi ini sering terjadi atau berlangsung dalam jangka waktu lama akan menyebabkan keausan di sisi kiri dan kanan ban dan berpoptensi terhadap ban pecah.

Begitu pula dengan kelebihan angin, juga tidak baik bagi ban. Dengan tekanan angin terlalu tinggi akan menciptakan bentuk menonjol di bagian tengah tapak. Dampaknya, area te­ngah itu menanggung seluruh beban dan bobot mobil hingga memaksanya aus lebih cepat dibanding area pinggir. Plus, daya cengkeram ban menjadi tidak maksimal sehingga sangat berbahaya saat melewati jalan basah.

Jadi yang paling tepat adalah menggunakan ban de­ngan tekanan angin yang sesuai dengan rekomendasi pabrikan. Anda bisa melihat aturannya di buku petunjuk berkendara atau label yang ditempel di pilar dekat pintu pengemudi. Di sana tercantum tekanan angin ban depan dan belakang de­ngan kondisi mobil kosong atau membawa penumpang.

Whell alignment tidak sesuai standar
Whell alignment atau keselarasan roda memainkan peranan penting dalam umur pakai ban. Wheel alignment yang tidak tepat akan menyebabkan keausan atau kerusakkan ban.

Contohnya bila camber-nya negatif akan menyebabkan sisi dalam ban akan lebih cepat aus. Sebaliknya, bila camber positif maka sisi luar ban yang menipis lebih dulu. Untuk aplikasi jalan raya camber seharusnya 'nol'.

Wheel alignment yang tidak tepat juga bisa membuat tapak ban bergelombang atau menggelembung. Bahasa kerennya cupping atau scalopping. Agar hal ini tidak terjadi, Anda hanya perlu melakukan penyelarasan ulang di bengkel secara berkala atau setiap 20.000 km.

Mengemudi agresif
Mengemudi dengan agresif antara lain adalah berakselerasi hingga ban spin, menikung dengan kencang dan kerap melakukan hard braking. Perilaku se­perti ini bisa merusak tapak ban. Yang bisa terjadi adalah keausan pada satu titik (spot wear) yang membuat ban tak lagi bundar atau terkikis secara tidak wajar (thread chipping).

Bersambung....

Monday, February 11, 2013

Inilah Ujian yang Harus Dihadapi Agar Ban Lolos SNI

Jalan aspal mulus menjadi idaman para pengendara. Hanya saja, kini semakin sulit mewujudkan hal itu. Karena kondisi jalan yang kian parah kala musim penghujan yang tak kunjung usai. Tidak hanya kubangan, lubang dan jalan rusak bermunculan di mana-mana. Sementara upaya perbaikan jalan, masih terkendala berbagai faktor plus butuh waktu. 

Kondisi ini jelas membuat mobil butuh ban yang andal. Karena inilah satu-satunya bagian mobil yang bersentuhan langsung dengan jalan. Bisa dibayangkan, bila kualitasnya di bawah standar. Untungnya, kondisi ini disadari oleh pemerintah sebagai regulator. Dalam hal ini, produksi ban yang dijual di Tanah Air mesti lulus uji Standar Nasional Indonesia (SNI). Hal ini berlaku untuk segala ban lokal maupun impor. 
Inilah mekanisme serta standar apa saja yang mesti dipenuhi pabrikan ban untuk bisa merengkuh “stempel” SNI. 

Uji performa
Biasanya performa dilakukan dengan pengujian high speed.  Dengan standar SNI yang dilakukan selama 1 jam. Saat start, kecepatan awal adalah 80% dari angka yang direkomendasikan. Kemudian setelah berjalan 10 menit, kecepatan ditambah hingga batas maksimal, bahkan lebih untuk melihat puncaknya.

Dari kecepatan tinggi bakal terlihat daya gesek plus panas yang terjadi pada ban. Sehingga bisa diketahui tingkat kerusakan serta pada kecepatan tertentu kerusakan ini terjadi. Dari situ terlihat, analisis dan rekomendasi terhadap produk tertentu.

Uji ketahanan (endurance)
Daya tahan ban juga merupakan materi pengujian berikutnya. Prosedur pengujian untuk ban luar kendaraan bermotor yaitu untuk uji endurance  (uji ketahanan terhadap berbagai beban). Untuk pengujian ini butuh waktu 34 jam menurut standar SNI.

Beberapa produsen menambahkan batas uji ketahanan ini. Misalnya yang dilakukan Multistrada hingga 48 jam plus beban. Ini artinya rata-rata setiap produk mengalami uji ketahanan hingga 82 jam atau setara nyaris 3,5 hari nonstop.

Plunger test/energy breaking
Tes ini cocok untuk kondisi di Tanah Air. Kondisi jalan yang tidak rata alias rusak menjadi patokan pengetesan. Setidaknya ada 5 titik di permukaan tapak ban yang secara random ditekan satu batang baja dengan diameter tertentu sesuai peruntukannya. Batang baja itu diberi beban sebesar 294 Nm untuk ban berdiameter 15 inci atau reinforced  hingga 588 Nm pada ukuran yang serupa.

Biasanya data akan keluar setelah pengetesan. Umumnya hasil tes tersebut melebihi angka yang direkomendasikan. Secara kasat mata, bila tidak memenuhi standar, permukaan tapak terlihat tak rata atau benjol.

Bead unseating
Secara prinsip, pengetesan bead unseating  mirip dengan plunger test.  Hanya saja bila plunger test  dilakukan pada tapak, bead unseating  lebih ditekan bagian dinding ban. Kegunaan tes ini, agar saat bermanuver kondisi fisik ban tidak terlipat akibat dorongan beban ke samping. Untuk ban berdiameter 15 inci mesti memenuhi beban 8.895 Nm atau setara dengan 907 kilogram dari samping.

Secara uji materi, bead unseating  merupakan pengujian terberat yang harus dilakukan. Tidak heran kalau poin ini benar-benar diperhatikan. Kalau tidak, potensi ban melipat saat bermanuver cukup besar. 

Friday, February 1, 2013

Inilah Teknologi Mobil yang Ramah Lingkungan

Saat ini teknologi ramah lingkungan pada kendaraan cukup mudah ditemukan. Bahkan beberapa pabrikan mobil sedang hingga besar menawarkan teknologi ramah lingkungan pada setiap kendaraan yang dibangun. Mulai mobil hybrid hidrogen hingga mobil listrik. Kendati demikian hanya ada beberapa model teknologi yang dianggap bisa membuat kondisi lingkungan bersih.

Berikut ini merupakan teknologi mobil yang ramah lingkungan. Teknologi ini pun sudah banyak pengakuan dari berbagai industri otomotif global hingga digunakan untuk kemutakhiran produknya.
Fiat Multi-Air
Dari namanya saja sudah ketahuan jika peruahaan mobil Fiat yang membangun teknologi tersebut. Teknologi ini diklaim bisa mengendalikan konsumsi bahan bakar dan emisi rumah kaca hingga 10 persen. Teknologi Fiat MultiAir adalah sebuah mesin yang dilengkapi dengan sistem komputer yang mampu mengontrol buka-tutup katup intake pada mobil-mobil Fiat dan Chrysler. Nantinya kedua perusahaan berharap bisa memanfaatkan teknologi ini pada seluruh model mobil Fiat dan Chrysler di dunia.

Pendeteksi Ban Kempis
Sudah cukup banyak produsen mobil mengaplikasikan teknologi ini pada beberapa line-up mereka. Seperti halnya Nissan yang menjulukinya Nissan Easy-Fill Tire Alert. Lampu indikator akan segera menyala jika ban kekurangan tekanan air. Sinyal tersebut memerintah pemilik mobil agar menambah tekanan angin di ban. Bila tekanan angin ban berkurang bisa mempengaruhi konsumsi BBM.

Ford EcoBoost
Mesin Ford yang baru mengawali debutnya 2012 silam ini tercatat sebagai salah satu teknologi mesin ramah lingkungan. Rahasia di balik mesin kecil namun bertenaga ini sangat luar biasa. Meski kapasitas mesin namun tenaga dan torsinya luar biasa. Diklaim Ford, mesin tersebut dengan tingkat efisien sebesar 20 persen BBM dan mengurangi 15 persen efek rumah kaca.

Honda Eco Assist
Ketika pabrikan mobil menawarkan mobil hybrid dan plug-in hybrid, namun Honda menawarkan teknologi Honda Eco Assist dengan kesuksesan setara mobil hybrid. Teknologi ini membantu pengendara lebih bijak dalam menekan pedal gas. Teknologi ECON yang terintegrasi pada mesin juga mampu memberika feedback baik hingga mengurangi konsumsi BBM ketika pengendara tahu cara berkendara yang baik.

Teknologi Toyota RAV4 Listrik
Toyota juga berhasil mengembangkan mobil tanpa emisi. Namun dari banyaknya mobil listrik Toyota hanya Toyota RAV4 listrik yang paling diakui kehandalannya. Untuk mencapai tahap sempurna, Toyota bekerjasama dengan Tesla mendesain mesin dan transmisi listrik. Mungkin ini satu-satunya SUV listrik yang ramah lingkungan. Diperkirakan dengan sekali ini mobil tersebut sanggup berjalan hingga 165 km.

Mazda SkyACTIV
Mazda salah satu produsen yang tidak gembar-gembor dengan mobil listrik. Tapi Mazda menawarkan kreasi lainnya lewat teknologi SkyACTIV. Dan terbukti sukses. Teknologi ini membuat decak kagum dunia. Bahkan teknologi mesin SkyACTIV pada mobil-mobil Mazda diakui setara dengan mobil hybrid. Dan menariknya tidak hanya mesin, Mazda juga mengembangkan SkyACTIV pada casis, transmisi hingga bodi. Keempat kombinasi ini membuat nilai efisiensi semakin tinggi. Contohnya pada sektor transmisi. Mazda berhasi mengembangkan transmisi rendah friksi dan casis ringan berkat bahan yang dirahasiakan oleh pihak Mazda. Keunggulan dari teknologi SkyACTIV menyumbang tingkat keiritan konsumsi BBM hingga 30 persen.

Monday, January 28, 2013

Mitos-Mitos yang Salah Tentang Ban Mobil (Bag.2)

Banyak orang belum mengerti seluk-beluk memperlakukan ban, tapi banyak juga yang sok tahu. Maka dari itu beredarlah segudang mitos tentang ban. Celakanya, bila mitos yang salah dipercaya publik, ini akan membuat ribuan nyawa terancam.
Berikut sejumlah mitos mengenai ‘si karet bundar’ bagian kedua:

6. Makin lebar alur airnya, berarti cengkeraman ban makin baik
Tidak benar. Semakin lebar alur airnya berarti semakin sedikit karet yang menempel ke jalan. Ini akan sangat merugikan di saat kondisi jalan kering. Dan sebagian besar waktu kita berjalan dengan mobil adalah saat kering.

7. Makin mahal ban makin bagus performanya
Di banyak kasus, ya. Ban mahal di ukuran dan kelas yang sama, bukannya tanpa alasan. Ini adalah kompensasi dari riset mahal yang dilakukan oleh produsennya. Berdasarkan tes ban yang dilakukan beberapa lembaga independen di Amerika, ban berharga mahal cenderung memberi cengkeraman baik, memiliki kebisingan lebih rendah, daya tahan lebih lama, serta hambatan gelinding lebih rendah.
8. Makin tipis ban makin mudah rusak
Belum tentu. Bila dalam pemakaian normal di jalan halus, ban profil tipis justru bisa lebih panjang umur pakainya. Ini karena cengkeraman yang tinggi sehingga tapak ban jarang bergeser terhadap aspal. Tapi memang, bila sering menghantam jalan rusak, profil ban tipis akan mempercepat rusaknya ban, atau bahkan pelek.

9. Spooring mempengaruhi keausan ban
Ya. Bahkan ini adalah salah satu faktor terberat yang mempengaruhi keausan ban. Spooring  yang tidak benar akan membuat ban habis secara cepat dan tidak merata. Untuk itu sangat dianjurkan Anda melakukan spooring  setiap 10.000 km atau ketika ada gejala lain yang dirasakan seperti setir membuang ke satu arah dan ban berdecit ketika membelok patah.

10. Ban kotor lebih mudah kempis
Ya. Ketika kering, debu atau lumpur mungkin hanya berada di luar ban. Tapi begitu hujan, air akan mempermudah kotoran tadi menyelusup ke sela-sela ban dan pelek. Ini dapat menyebabkan ban kempis secara perlahan.

Mitos-Mitos yang Salah Tentang Ban Mobil (1)


Ban benar-benar berpengaruh terhadap nyawa kita. Dari ribuan komponen yang ada di kendaraan, hanya ban yang menghubungkan sebuah mobil ke aspal. Tak peduli seberapa cepat dan canggih mobil Anda, pada akhirnya banlah yang menentukan keselematan Anda di jalan.
Berikut sejumlah mitos salah  mengenai ‘si karet bundar’:

1. Ban baru harus ditempatkan di depan ketimbang di belakang
Tidak benar. Atas dasar asumsi roda depan berfungsi sebagai pengatur arah kendaraan dan beberapa kendaraan digunakan sebagai penggerak, membuat roda depan perlu mendapat ban terbaik. Tak heran bila banyak mekanik menyarankan untuk menempatkan ban baru di poros depan, ketimbang di belakang.

Traksi optimal di bagian depan lantaran menggunakan ban baru membuat mobil cenderung mudah mengalaami gejala oversteer  atau sering disebut ngepot.  Hal ini disebabkan ban belakang memiliki daya cengkeram yang lebih buruk ketimbang roda depan.

Bila kondisinya dibalik, tentu Anda akan berpikir bahwa gejala understeer  akan mudah terjadi. Namun gejala ini akan sulit terjadi lantaran pengemudi dapat langsung mendeteksi sejak awal. Dan antisipasi gejala understeer lebih mudah dilakukan ketimbang oversteer.  Atas dasar itulah, kedua ban baru perlu ditaruh di bagian belakang ketimbang roda depan.

2. Tekanan angin ban perlu dikurangi saat hujan
Berasumsi akan memperoleh daya cengkeram optimal, tak sedikit orang berpikir untuk mengurangi tekanan angin ban dari kondisi ideal saat hujan. Padahal, tindakan ini justru membuat telapak ban menjadi tidak menapak sempurna ke permukaan jalan.

Dengan bagian tengah yang melengkung akibat berkurangnya tekanan, membuat ban kesulitan untuk membuang air ke samping. Akibatnya gejala aquaplaning  pun menjadi mudah terjadi ketika mobil menerjang genangan air. Apalagi hujan membuat suhu ban menjadi dingin. Kondisi ini membuat tekanan angin bisa turun hingga 1 psi.

Idealnya, tentu tekanan angin ban perlu dijaga agar tetap berada dalam batas rekomendasi pabrik. Dengan begitu daya cengkeramnya akan tetap optimal di beragam kondisi cuaca dan jalan.

3. Ban bisa meledak tiba-tiba setiap saat
Tidak benar. Apalagi dalam kondisi normal. Dengan teknologi tanpa ban dalam alias tubeless,  ban tidak bisa meledak. Jika sampai meledak, berarti ada kerusakan terlebih dahulu. Misalnya ban telah memiliki tambalan sehingga kawat baja di dalam ban menjadi rusak atau kerikil yang menyelinap di antara pattern  ban dalam jangka waktu yang lama.


4. Kemampuan ban saat hujan tergantung model alurnya
Tidak sepenuhnya benar. Saat ban menggelinding, memang alur air yang akan berpengaruh pada efektivitas ban membuang air ke samping. Tapi di saat pengereman mendadak sampai ban mengunci, alur tidak memiliki pengaruh. Di sini justru kompon ban yang ambil peranan. Maka dari itu, sebaik apapun alurnya, bila komponnya keras ban dapat membahayakan di jalan licin.

5. Makin keras tekanan ban makin mudah pecah
Salah. Konstruksi ban dibuat sedemikian rupa sehingga tahan hingga tekanan 40 psi. Justru sebaliknya, tekanan terlalu rendah yang dapat membuat ban menjadi lebih rentan pecah, karena keadaan itu membuat kerja dinding ban semakin fleksibel dan memungkinkan kawat pada sidewall  putus dan menyebabkan ban pecah.

Wednesday, January 16, 2013

Inilah Inovasi Terbaru dari Ban Mobil



Kabar gembira buat anda yang malas memeriksa kondisi telapak ban alias treadwear. Pasalnya, ada konsep baru untuk mengetahui tingkat keausan ban. Yakni dengan aplikasi ban dua warna atau yang disebut Discolor Tyre Concept.

Discolor Tyre Concept ini didesain oleh Gao Fenglin dan Zhou Buyi dengan memiliki lapisan terang berwarna orange karet yang tertanam pada bagian dalam ban.

Cara kerjanya mudah. Ketika tapak ban sudah tipis atau gundul sampai ketingkat minimum, atau kira-kira sudah dipakai sekitar 20.000 km, lapisan warna orange dibagian dalam akan menggantikan warna telapak yang hitam diluar.


Meski konsepnya sederhana, tetapi hal ini akan mempermudah pengemudi untuk mengetahui bahwa ban harus segera diganti.

Jadi anda tak perlu lagi berjongkok sambil memperhatikan tanda segitiga dan tapak ban yang selama ini menjadi indikator keausan ban.

Sayangnya, kedua desainer ban inovatif tersebut masih belum memberi keterangan mengenai kapan dan merek apa yang akan menganut teknologi tersebut.

Wednesday, December 12, 2012

Tips Aman Melewati Genangan Air dengan City Car

Banyak pengguna mobil kota (city car) enggan melintasi genangan air karena takut merusak mesin dan juga terbawa arus lantaran bobot ringan. Ternyata hal tersebut bisa dihindari dengan beberapa langkah cermat dan mudah. Tidak ada yang perlu ditakutkan kalau kita tahu caranya dan kenal spesifikasi mobil.

Inilah kiat menerjang genangan air:

1. Ketahui posisi lubang saluran masuk udara ke mesin (air intake duct). Dari situ bisa diketahui batas ketinggian air yang akan dilewati. Ini sangat penting untuk mengantisipasi masuknya air ke ruang bakar yang menyebabkan mesin jadi rusak (water hammer).

Perhitungan tersebut berlaku ketika melintas genangan yang tenang atau tidak beriak. Lain halnya ketika genangan tersebut bergelombang, perhatikan pula tinggi riak. Untuk ukuran city car maksimal melewati genangan air dengan ketinggian hingga 3/4 pelek standarnya.

2. Lihat pula posisi lubang pengecekan oli dan pastikan tertutup rapat. Kalau tidak, sangat mungkin air masuk. Selain itu, perhatikan lubang pengecekan oli girboks apakah sudah tertutup rapat. 
.
3. Jangan melintas genangan yang bergelombang atau ada arus samping. Karena, pada ketinggian tertentu, posisi mobil bisa tergeser oleh dorongan gelombang. Hal itu dikarenakan daya cengkram ban (juga karena bobot kendaraan yang ringan).



4. Setelah melewati genangan air,  jangan lakukan pengereman mendadak. Menempelnya air di antara piringan dan kampas menyebabkan tidak pakem. Untuk mengatasinya, sambil jalan injak pedal rem secara berkala (perlahan)  dan pastikan tidak ada kendaraan di belakang.

5. Jika genangan tersebut cukup tinggi hingga menyentuh celah pintu, lihat apakah ada air yang masuk. Jika ya, segera keringkan dan bersihkan agar tidak bau. Biar lebih mudah dan tidak merepotkan  dibawa ke bengkel cuci untuk dikeringkan. Biasanya mereka punya alat vakum air dan pengering interior.

Sunday, December 9, 2012

Kenali Gejala Gangguan Handling pada Mobil

Mobil dikatakan nyaman dipergunakan juga dapat dinilai dari handling atau sistem pengendalian mobil tersebut baik atau tidak. Handling mobil mulai mengalami penurunan dan terasa tidak enak harus bisa dikenali dan dirasakan oleh pengemudi.

Sehingga dengan diketahui sejak dini gejala gangguan handling mobil bisa segera mendapat penanganan. Sebab jika hal kecil dibiarkan akan mudah berdampak pada kinerja bagian lain. Dengan kata lain perbaikan yang akan dilakukan semakin banyak dan besar biayanya.


Gangguan pada handling mobil akan meliputi dua bagian penting dan utama. Yang pertama pada sistem kemudi dan yang kedua tentu pada bagian kaki-kaki yang terhubung langsung dengan kemudi. Untuk itu pentingnya sejak dini mengetahui dan mengerti berbagai tanda dan gejalanya.
  • Gejala gangguan pada sistem kemudi biasanya disebabkan oleh beberapa sebab berikut:
    1. Kemudi terasa berat akibat kendornya tali kipas dan juga mungkin berkurangnya oli power steering.
    2. Getaran kuat pada kemudi akibat lemahnya sistem suspensi depan. Getaran ini juga bisa disebabkan oleh longgarnya batang penyambung (long tie road) pada sistem kemudi.
    3. Penggunaan ban berjenis radial yang memiliki tapak ban terlalu lebar. Kemudian bisa juga karena tekanan angin yang berbeda pada tiap ban. Sebab hal ini akan mengganggu kinerja kemudi mobil.
    4. Penyetelan sektor shaft yang tidak tepat atau penyetel rack pada model rack and opinion terlalu kendur. Hai ini bisa membuat gerak bebas lingkar kemudi yang berlebihan.

  • Kemudian untuk sektor kaki-kaki ini jika mengalami gangguan tetap harus dilakukan spooring balancing. Cara termudah untuk mengetahui kapan waktunya mobil melakukan spooring dan balancing dengan mengetahui gejala berikut:
    1. Apakah terjadi getaran pada kemudi saat melaju kecepatan sedang dan kecepatan tinggi. Hal ini bisa terjadi juga karena roda depan memiliki tingkat keausan tidak sama atau tidak seimbang. 
    2. Pada saat mobil Anda melaju lurus ke depan, lepas tangan dari lingkar kemudi. Kemudian rasakan apakah mobil mulai berpindah jalur (kanan maupun kiri). Jika hal tersebut terjadi itu merupakan tanda adanya masalah spooring.
    3. Cobalah periksa keausan ban mobil Anda, apakah terjadi keausan yang tidak wajar pada keempat roda mobil. Pemeriksaan meliputi melihat batikan ban di bagian sisi, tapak dan body ban. Apabila terjadi terjadi benjolan pada body ban, berarti ada kemungkinan sistem suspensi yang bermasalah.
    4. Kondisi setir yang yang tak nyaman bahkan lebih berat dari biasanya. Atau bisa dirasakan saat pengendalian kemudi dibelokkan tidak mau kembali berputar pada posisi semula saat dilepaskan.
    5. Pada saat mobil membelokkan, apakah Anda merasa adanya goncangan padahal kondisi jalan yang bagus.
    6. Apabila mobil yang Anda kendarai berjalan miring, ini tandanya mobil sudah cukup parah dengan keseimbangan.

Thursday, November 15, 2012

Inilah Tanda-tanda Ban Mobil Perlu Diganti


Ban merupakan bagian yang terpenting dalam sebuah kendaraan. Tapi masalahnya banyak pengandara yang tidak peka dengan kondisi ban pada kendaraannya.

Tidak sedikit kecelakaan terjadi akibat ban pecah saat kendaraan melaju kencang. Pastinya itu sangat berbahaya.

Ada baiknya kita semua memeriksa kondisi ban jika terlihat gejala-gejala kerusakan maka segeralah diganti untuk menjaga keselamatan dalam berkendara.
 


Dan kita pun harus mengetahui tanda-tanda untuk mengganti ban baru. Tanda-tanda tersebut antara lain:

1.Lihat permukaan ban Anda apakah sudah dalam keadaan licin atau tidak. Kalau sudah demikian maka dianjurkan untuk segera menggantinya dengan ban yang baru.
 
Bahayanya jika permukaan ban sudah licin maka dalam kondisi hujan akan licin dan kalau aspal panas bisa menyebabkan cepat sobek/retak-retak.

2. Periksa kedalaman alur di setiap telapak ban. Kalau kedalamannya kurang dari 1,5 mm maka Anda harus menggantinya. Kalau kedalamannya sudah kurang dari 1,5 mm maka ban mudah bocor.

3. Perhatikan jika ban Anda sudah terlihat retak-retak atau sudah mulai muncul kawat maka itu benar-benar harus diganti. Sebab untuk menjaga hal terburuk yang tidak diinginkan saat berkendara.
 
Ban yang sudah retak-retak itu rentan meledak apalagi jika kondisi aspal panas.

4. Jika ban Anda sudah mulai mengalami kebocoran dan sudah sering ditambal, ada baiknya segera diganti. Sebab ban yang sudah sering bocor dan ditambal lambat laun bentuknya akan berubah dan akan mengakibatkan ketidakseimbangan.
 
Meski langkah-langkah itu terdengar sangat standar, tapi langkah itu benar-benar harus diikuti. Banyak orang yang menyepelekan hal kecil itu padahal dampaknya begitu besar.