Showing posts with label AsKep Jantung. Show all posts
Showing posts with label AsKep Jantung. Show all posts

Wednesday, February 1, 2012

Askep Jantung Rematik


Askep Jantung Rematik.Melanjutkan postingan yang kemarin sobat tentang mengenal jantung rematik, maka kali ini Sehat Kita Semua akan berkutat kembali kepada Asuhan Keperawatan askep jantung rematik.Karena kemarin adalah dilihat dari tinjauan medisnya, maka pada postingan kali ini ditinjau dari segi keperawatannya yaitu adalah mengenai asuhan keperawatan jantung rematik

A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah mengumpulkan data tentang :
  • Fungsi jantung
  • Toleransi terhadap aktivitas dan sikap klien terhadap pembatasan aktivitas
  • Status nutrisi
  • Tingkat ketidaknyamanan
  • Gangguan tidur
  • Kemampuan klien mengatasi masalah
  • Hal-hal yang dapat membantu klien
  • Pengetahuan orang tua dan pasien (sesuai usia pasien) tentang pemahaman pasien
Pengkajian
  • Riwayat penyakit
  • Monitor komplikasi jantung
  • Auskultasi jantung; bunyi jantung melemah dengan irama derap diastole
  • Tanda-tanda vital
  • Kaji adanya nyeri
  • Kaji adanya peradangan sendi
  • Kaji adanya lesi pada kulit
askep jantung rematik.jantung rematik,penyakit jantung rematik
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan stenosis katub
Tujuan : COP meningkat
Kriteria :
  • Klien menunjukan penurunan dyspnea
  • Ikut berpartisipasi dalam aktivitas serta mendemonstrasikan peningkatan toleransi
 Intervensi :
  1. Pantau tekanan darah, nadi apikal dan nadi perifer
  2. Pantau irama dan frekuensi jantung
  3. Tirah baring posisi semifowler 450
  4. Dorong klien melakukan tehnik managemen stress ( lingkungan tenang, meditasi )
  5. Bantu aktivitas klien sesuai indikasi bila klien mampu
  6. Kolaborasi O2 serta terapi

2. Intoleransi aktivitas b.d penurunan cardiac output, ketidakseimbangan suplai O2 dan kebutuhan
Tujuan : Klien dapat bertoleransi secara optimal terhadap aktivitas
Kriteria :
  • Respon verbal kelelahan berkurang
  • Melakukan aktivitas sesuai batas kemampuannya ( denyut nadi aktivitas tidak boleh lebih dari 90X/menit, tidak nyeri dada )
Intervensi :
  1. Hemat energi klien selama masa akut
  2. Pertahankan tirah baring sampai hasil laborat dan status klinis membaik
  3. Sejalan dengan semakin baiknya keadaan, pantau peningkatan bertahap pada tingkat aktivitas
  4. Buat jadwal aktivitas dan istirahat
  5. Ajarkan untuk berpartisipasi dalam aktivitas kebutuhan sehai-hari
  6. Ajarkan pada anak /orang tua bahwa pergerakkan yang tidak disadari adalah dihubungkan dengan korea dan temporer.
  7. Bila terjadi chorea, lindungi dari kecelakaan, bedrest dan berikan sedasi sesuai program

3. Nyeri b.d respon inflamasi pada sendi (poliarthritis).
Tujuan : Tidak terjadi rasa nyeri pada klien
Kriteria :
  • Nyeri klien berkurang
  • Klien tampak rileks
  • Ekspresi wajah tidak tegang
  • Klien dapat merasakan nyaman, tidur dengan tenang dan tidak merasa sakit
Intervensi :
  1. Kaji tingkat nyeri dengan menggunakan skala
  2. Berikan tindakan kenyamanan ( perubahan posisi sering lingkungan tenang, pijatan pungung dan tehnik manajemen stress)
  3. Minimalkan pergerakkan untuk mengurangi rasa sakit
  4. Berikan terapi hangat dan dingin pada sendi yang sakit
  5. Lakukan distraksi misalnya : tehnik relaksasi dan hayalan
  6. Pemberian analgetik, anti peradangan dan antipiretik sesuai program.
  7. Rujuk ke terapi fisik sesuai persetujun medik

4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual, muntah, rasa sakit waktu menelan dan peradangan pada tonsil disertai eksudat.
Tujuan : Tidak terjadi penurunan nutrisi pada klien
Kriteria :
  • Nafsu makan klien bertambah
  • Klien tidak merasa mual, muntah
  • Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Intervensi :
  1. Beri makan sedikit tapi sering (termasuk cairan)
  2. Masukkan makanan kesukaan anak dalam diet
  3. Anjurkan untuk makan sendiri, bila mungkin (kelemahan otot dapat membuat keterbatasan)
  4. Memilih makanan dari daftar menu
  5. Atur makanan secara menarik diatas nampan
  6. Atur jadwal pemberian makanan
  7. Berikan makanan yang bergizi tinggi dan berkualitas.

5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya filtrasi glomerulus, retensi natrium dan air, meningkatnya tekanan hidrostatik
Tujuan : Volume cairan seimbang
Kriteria :
  • Volume cairan stabil, dengan keseimbangan masukan dan pengeluarn
  • Tidak terdapat odema
Intervensi :
  1. Pantau haluaran urine, catat jumlah dan warna
  2. Pantau keseimbanagn masukan dan pengeluaran selama 24 jam
  3. Berikan makanan yang mudah dicerna porsi kecil, sering
  4. Ukur lingkar abdomen sesuai indikasi
  5. Kolaborasi pemberian diuretik

6. Pola pernafasan tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
Tujuan : Pola nafas efektif
Kriteria Hasil :
  •  Frekuensi nafas dan kedalaman dalam rentang normal
Intervensi :
  1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada, catat pernafasan/upaya pernafasan
  2. Auskultasi bunyi nafas dan catat bunyi nafas
  3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi
  4. Kolaborasi terapi O2

7. Kurangnya pengetahuan orang tua / anak b.d pengobatan, pembatasan aktivitas, resiko komplikasi jantung.
Tujuan : Pengetahuan orang tua / anak bertambah
Kriteria :
  • Orang tua mengetahui tentang proses penyakit dan efek dari penyakit
  • Orang tua mau berpartisipasi dalam program pengobatan
  • Orang tua mengetahui pentingnya pembatasan aktifitas pada anak
Intervensi :
  1. Auskultasi bunyi jantung untuk mengetahui adanya perubahan irama
  2. Pemberian antibiotik sesuai program
  3. Pembatasan aktivitas sampai manifestasi klinis demam reumatik tidak ada dan berikan periode istirahat
  4. Berikan terapi bermain yang sesuai dan tidak membuat lelah.

8. Perubahan proses keluarga b.d kondisi penyakit anak.
Tujuan :
  • Mempersiapkan keluarga untuk dapat merawat anak dengan penyakit demam reumatik / jantung reumatik
  • Keluarga dapat beradaptasi dengan penyakitnya
Kriteria :
  • Keluarga dapat mengatasi masalah yang timbul dari adanya tanda dan gejala yang muncul dan memberikan atau menyediakan lingkungan yang sesuai dengan anak.
Intervensi :
  1. Berikan dukungan emosional pada keluarga dan anak
  2. Anjurkan orang tua untuk mengekspresikan perasaannya
  3. Anjurkan anak untuk berbagi rasa tidak berdaya, malu, ketakutan yang berkaitan dengan manifestasi penyakit (misal: korea, karditis dan kelemahan otot)
  4. Bertindak sebagai pembela dan penghubung anak dan keluarga dengan anggota tim perawatan kesehatan lainnya
  5. Anjurkan anak untuk berhubungan dengan teman sebaya
  6. Dorong keterlibatan anak dalam aktivitas rekreasi dan aktivitas pengalih yang sesuai dengan usia.

Demikian yang sedikit sobat dan terima kasih telah membaca artikel askep jantung rematik.Semoga artikel askep jantung rematik ini bisa berguna serta bermanfaat.

Saturday, January 28, 2012

Mengenal Penyakit Jantung Rematik


Mengenal Jantung Rematik.

Demam reumatik adalah penyebab terpenting penyakit katup jantung yang didapat, baik pada anak maupun dewasa, terutama di negara-negara berkembang. Di negara maju insiden penyakit jantung reumatik mulai menurun, karena tingkat perekonomian lebih baik dan upaya pencegahan lebih sempurna.Penyakit demam reumatik adalah peradangan akut, yang sering kali diawali peradangan pada farings. Sedangkan penyakit jantung reumatik adalah penyakit yang berulang atau kronis

Kuman penyebab penyakit demam reumatik adalah Streptococcus Beta Hemolyticus Group A. faktor predisposisinya adalah kerentanan daya tahan tubuh terhadap kuman tersebut.Pada umumnya seseorang yang menderita penyakit demam reumatik akut kira-kira 2 minggu sebelumnya telah menderita sakit tenggorokanPenelitian-penelitian telah menunjukkan bahwa demam rematik terjadi akibat reaksi imunologis antigen-antibodi dari tubuh. Antibodi yang melawan Streptococcus bersifat sebagai antigen. Organ-organ yang sering diserang yaitu jantung, sendi-sendi dan otak.

Usia anak yang sering mengalami penyakit demam rematik dan penyakit jantung reumatik adalah sekitar antara 6-15 tahun (usia sekolah).

I. DEFINISI
Demam Reumatik / penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum.

II. ETIOLOGI
Demam reumatik, seperti halnya dengan penyakit lain merupakan akibat interaksi individu, penyebab penyakit dan faktor lingkungan. Penyakit ini berhubungan erat dengan infeksi saluran nafas bagian atas oleh Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A berbeda dengan glomerulonefritis yang berhubungan dengan infeksi streptococcus dikulit maupun disaluran nafas, demam reumatik agaknya tidak berhubungan dengan infeksi streptococcus dikulit.
Faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada timbulnya demam reumatik dan penyakit jantung reumatik terdapat pada individunya sendiri serta pada keadaan lingkungan.

Faktor-faktor pada individu :
1. Faktor genetik
Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA terhadap demam rematik menunjkan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik dikenal dengan antibodi monoklonal dengan status reumatikus
2. Jenis kelamin
Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan dengan anak laki-laki. Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada perbedaan jenis kelamin, meskipun manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada satu jenis kelamin.
3. Golongan etnik dan ras
Data di Amerika Utara menunjukkan bahwa serangan pertama maupun ulang demam reumatik lebih sering didapatkan pada orang kulit hitam dibanding dengan orang kulit putih. Tetapi data ini harus dinilai hati-hati, sebab mungkin berbagai faktor lingkungan yang berbeda pada kedua golongan tersebut ikut berperan atau bahkan merupakan sebab yang sebenarnya.
4. Umur
Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya demam reumatik / penyakit jantung reumatik. Penyakit ini paling sering mengenai anak umur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasa ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun. Distribusi umur ini dikatakan sesuai dengan insidens infeksi streptococcus pada anak usia sekolah. Tetapi Markowitz menemukan bahwa penderita infeksi streptococcus adalah mereka yang berumur 2-6 tahun.
5. Keadaan gizi dan lain-lain
Keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat ditentukan apakah merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya demam reumatik.
6. Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding sel streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam katub mungkin ini mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik fever

Faktor-faktor lingkungan :
1. Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai predisposisi untuk terjadinya demam reumatik. Insidens demam reumatik di negara-negara yang sudah maju, jelas menurun sebelum era antibiotik termasuk dalam keadaan sosial ekonomi yang buruk sanitasi lingkungan yang buruk, rumah-rumah dengan penghuni padat, rendahnya pendidikan sehingga pengertian untuk segera mengobati anak yang menderita sakit sangat kurang; pendapatan yang rendah sehingga biaya untuk perawatan kesehatan kurang dan lain-lain. Semua hal ini merupakan faktor-faktor yang memudahkan timbulnya demam reumatik.
2. Iklim dan geografi
Demam reumatik merupakan penyakit kosmopolit. Penyakit terbanyak didapatkan didaerah yang beriklim sedang, tetapi data akhir-akhir ini menunjukkan bahwa daerah tropis pun mempunyai insidens yang tinggi, lebih tinggi dari yang diduga semula. Didaerah yang letaknya agak tinggi agaknya insidens demam reumatik lebih tinggi daripada didataran rendah.
3. Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi saluran nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga meningkat.

mengenal penyakit jantung rematik,penyakit jantung rematik,jantung rematik
III. PATOGENESIS
Demam reumatik adalah penyakit radang yang timbul setelah infeksi streptococcus golongan beta hemolitik A. Penyakit ini menyebabkan lesi patologik jantung, pembuluh darah, sendi dan jaringan sub kutan. Gejala demam reumatik bermanifestasi kira-kira 1 – 5 minggu setelah terkena infeksi. Gejala awal, seperti juga beratnya penyakit sangat bervariasi. Gejala awal yang paling sering dijumpai (75 %) adalah arthritis. Bentuk poliarthritis yang bermigrasi. Gejala dapat digolongkan sebagai kardiak dan non kardiak dan dapat berkembang secara bertahap.

Demam reumatik dapat menyerang semua bagian jantung. Meskipun pengetahuan tentang penyakit ini serta penelitian terhadap kuman Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A sudah berkembang pesat, namun mekanisme terjadinya demam reumatik yang pasti belum diketahui. Pada umumnya para ahli sependapat bahwa demam remautik termasuk dalam penyakit autoimun.
Streptococcus diketahui dapat menghasilkan tidak kurang dari 20 produk ekstrasel yang terpenting diantaranya ialah streptolisin O, streptolisin S, hialuronidase, streptokinase, difosforidin nukleotidase, dioksiribonuklease serta streptococcal erytrogenic toxin. Produk-produk tersebut merangsang timbulnya antibodi.

Pada penderita yang sembuh dari infeksi streptococcus, terdapat kira-kira 20 sistem antigen-antibodi; beberapa diantaranya menetap lebih lama daripada yang lain. Anti DNA-ase misalnya dapat menetap beberapa bulan dan berguna untuk penelitian terhadap penderita yang menunjukkan gejala korea sebagai manifestasi tunggal demam reumatik, saat kadar antibodi lainnya sudah normal kembali.

ASTO ( anti-streptolisin O) merupakan antibodi yang paling dikenal dan paling sering digunakan untuk indikator terdapatnya infeksi streptococcus. Lebih kurang 80 % penderita demam reumatik / penyakit jantung reumatik akut menunjukkan kenaikkan titer ASTO ini; bila dilakukan pemeriksaan atas 3 antibodi terhadap streptococcus, maka pada 95 % kasus demam reumatik / penyakit jantung reumatik didapatkan peninggian atau lebih antibodi terhadap streptococcus.
Patologi anatomis

Dasar kelainan patologi demam reumatik ialah reaksi inflamasi eksudatif dan proliferasi jaringan mesenkim. Kelainan yang menetap hanya terjadi pada jantung; organ lain seperti sendi, kulit, paru, pembuluh darah, jaringan otak dan lain-lain dapat terkena tetapi selalu reversibel. Diagnosis dibuat berdasarkan kriteria jones yang dimodifikasi dari American Heart Association. Dua kriteria mayor dan satu mayor dan dua kriteria minor menunjukkan kemungkinan besar demam reumatik. Prognosis tergantung pada beratnya keterlibatan jantung.

IV. MANIFESTASI KLINIK
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik / penyakit jantung reumatik dapat dibagi dalam 4 stadium.
Stadium I
Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A.
Keluhan :
  • Demam
  • Batuk
  • Rasa sakit waktu menelan
  • Muntah
  • Diare
  • Peradangan pada tonsil yang disertai eksudat.
Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi streptococcus dengan permulaan gejala demam reumatik; biasanya periode ini berlangsung 1 - 3 minggu, kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian.
Stadium III
Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik, saat ini timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik /penyakit jantung reumatik. Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan umum dan menifesrasi spesifik demam reumatik /penyakit jantung reumatik.
Gejala peradangan umum :
  • Demam yang tinggi
  • Lesu
  • Anoreksia
  • Lekas tersinggung
  • Berat badan menurun
  • Kelihatan pucat
  • Epistaksis
  • Athralgia
  • Rasa sakit disekitar sendi
  • Sakit perut

Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik tanpa kelainan jantung / penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katup tidak menunjukkan gejala apa-apa.
Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan katup jantung, gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan. Pasa fase ini baik penderita demam reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-waktu dapat mengalami reaktivasi penyakitnya.

V.  PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
  • Pemeriksaan laboratorium darah
  • Foto rontgen menunjukkan pembesaran jantung
  • Elektrokardiogram menunjukkan aritmia E
  • Echokardiogram menunjukkan pembesaran jantung dan lesi

VI. DIAGNOSIS PENUNJANG
Untuk menegakkan diagnosa demam reumatik dapat digunakan Kriteria Jones yaitu :
Kriteria mayor :
  • Poliarthritis : Pasien dengan keluhan sakit pada sendi yang berpindah-pindah, radang sendi-sendi besar; lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan , siku (poliarthritis migrans).
  • Karditis : Peradangan pada jantung (miokarditis, endokarditis).
  • Eritema marginatum : Tanda kemerahan pada batang tubuh dan telapak tangan yang tidak gatal.
  • Noduli subkutan : Terletak pada ekstensor sendi terutama siku, ruas jari, lutut, persendian kaki; tidak nyeri dan dapat bebas digerakkan.
  • Korea sydenham : Gerakkan yang tidak disengaja /gerakkan yang abnormal, sebagai manifestasi peradangan pada sistem syaraf pusat.

Kriteria Minor :
  • Mempunyai riwayat menderita demam reumatik /penyakit jantung reumatik
  • Athralgia atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi; pasien kadang-kadang sulit menggerakkan tungkainya
  • Demam tidak lebih dari 39 derajad celcius
  • Leukositosis
  • Peningkatan Laju Endap Darah (LED)
  • C-Reaktif Protein (CRF) positif
  • P-R interval memanjang
  • Peningkatan pulse denyut jantung saat tidur (sleeping pulse)
  • Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)
Diagnosa ditegakkan bila ada dua kriteria mayor dan satu kriteria minor, atau dua kriteria minor dan satu kriteria mayor.
Bukti-bukti infeksi streptococcus :
  • Kultur positif
  • Ruam skarlatina
  • Peningkatan antibodi streptococcus yang meningkat


VII. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan penatalaksanaan medis adalah :
  • Memberantas infeksi streptococcus
  • Mencegah komplikasi karditis
  • Mengurangi rasa sakit; demam
Pemberantasan infeksi streptococcus :
Pemberian penisilin benzatin intramuskuler dengan dosis :
  • Berat badan lebih dari 30 kg  : 1,2 juta unit
  • Berat badan kurang dari 30 kg  ; 600.000 - 900.000 unit
  • Untuk pasien yang alergi terhadap penisilin diberikan eritromisin dengan dosis 50 mg/kg BB/hari dibagi dalam 4 dosis pemberian selama kurang lebih 10 hari.
Pencegahan komplikasi karditis :
  • Pemberian penisilin benzatin setiap satu kali sebulan untuk pencegahan sekunder menurut The American Asosiation
  • Tirah baring bertujuan untuk mengurangi komplikasi karditis dan mengurangi beban kerja jantung pada saat serangan akut demam reumatik
  • Bila pasien ada tanda-tanda gagal jantung maka diberikan terapi digitalis 0,04 – 0,06 mg/kg BB.
  • Mengurangi rasa sakit dan anti radang :
  • Pasien diberi analgetik untuk mengurangi rasa sakit yang dideritanya. Salisilat diberikan untuk anti radang dengan dosis 100 mg/kg BB/hari selama kurang lebih dan 25 mg/kg BB/hari selama satu bulan.
  • Prednison diberikan selama kurang lebih dua minggu dan tapering off (dikurangi bertahap) Dosis awal prednison 2 mg/kg BB/hari.
  • Diagnosis dibuat berdasarkan kriteria jones yang dimodifikasi dari American Heart Association. Dua kriteria mayor dan satu mayor dan dua kriteria minor menunjukkan kemungkinan besar demam reumatik. Prognosis tergantung pada beratnya keterlibatan jantung.

Demikian yang sedikit sobat dan terima kasih telah membaca artikel mengenal penyakit jantung rematik.Semoga artikel mengenal penyakit jantung reumatik ini bisa berguna serta bermanfaat.

Friday, January 20, 2012

Askep PTCA / PCI

Asuhan Keperawatan PTCA / PCI.Alhamdulillah setelah kemarin memposting mengenai award awal tahun maka pagi ini Sehat Kita Semua akan memcoba memposting mengenai asuhan keperawatan lagi yaitu Askep PTCA / PCI.Artikel ini adalah kelanjutan postingan terdahulu yang membahas mengapa memasang stent.Kalau dulu dilihat dari segi medisnya maka postingan ini adalah dilihat dari segi askep PTCA / PCI dan semoga bermanfaat sobat.

A. Pengertian PTCA
PTCA adalah merupakan kependekan dari Percutaneus Transluminal Coronary Angioplasty.Percutaneus yaitu prosedur memasukkan kateter kedalam pembuluh darah melalui tusukan kecil di kulit.Transluminal yaitu prosedur yang dilakukan di dalam pembuluh darah.Coronary yaitu pembuluh darah arteri di jantung.Angioplasti yaitu tehnik membuka lumen pembuluh darah dengan menggunakan balon.

askep PTCA/PCI, asuhan keperawatan PTCA/PCI'Sehat Kita Semua

PTCA adalah suatu prosedur terapi untuk memperbaiki aliran darah ke miokard dengan menempatkan balon kateter pada daerah penyempitan koroner dan mengembangkannya.Diharapkan lumen tersebut akan lebih lebar dari semula sehingga terjadi perbaikan aliran darah.Stent adalah alat yang ditanamkan pada pembuluh darah koroner secara mekanis.PTCA dan stent adalah prosedur perkembangan lanjut dari PTCA dengan menambahkan suatu alat di daerah stenosis pada koroner untuk mempertahankan pembukaan pembuluh darah koroner secara mekanis.

PCI adalah Percutaneus Coronary Intervention yaitu istilah lain dari PTCA dengan pemasangan stent.

B. Indikasi 
Indikasi PTCA :

Indikasi pemasangan stent : 
  • Restenosis pada graft.
  • Penutupan mendadak dari diseksi sesudah PTCA dan resiko untuk kolaps.
  • Restenosis setelah tindakan PTCA.
  • Robekan intima pada post PTCA.


C.Kontra indikasi
  • Disfungsi ventrikel yang berat.


D. Prosedur
1. Prosedur tindakan PTCA dan stent 
Sebelum dilakukan tindakan PTCA dan stent dilakukan pemeriksaan koroner angiografi untuk mengidentifikasi letak dan prosentase sumbatan arteri koroner.Setelah pasien diletakkan di meja khusus di ruang tindakan,dokter akan menyuntikkan anestesi lokal pada pangkal paha dan menusukkan jarum dan seath introduser dan kemudian memasukkan balon kateter melalui arteri femoralis hingga ke arteri koroner yang tersumbat.Kemudian balon dikembangkan beberapa kali dengan tekanan tertentu,dengan selalu memonitor proses pelebaran sumbatan dan keadaan pasiennya.Pengisian balon akan menekan plaque dinding arteri sekaligus membuka dan melebarkan sumbatan.
Pada pemasangan stent maka dilakukan pengembangan balon beberapa kali di daerah sumbatan,kemudian stent ditanam atau dipasang untuk mempertahankan pembukaan arteri koroner yang cenderung restenosis.

2. Pemantauan dan evaluasi pasca tindakan
  • Pasien dipantau di ruang rawat intensif cardiovaskular.
  • Observasi tekanan darah dan nadi tiap jam selama 6 jam,lalu tiap 4 jam sampai pagi hari.
  • Heparin drill 1000 unit/jam diberikan minimal 12 jam sesuaikan nilai hasil ACT.
  • Periksa ACT tiap 4 jam setelah prosedur dan usahakan nilai ACT kurang dari 120 detik.
  • Perhatikan tanda-tanda perdarahan ditempat penusukan.
  • Perhatikan pulsasi nadi,khususnya sebelah distal tempat penusukan.
  • Selesai prosedur dapat makan dan minum.


E.Komplikasi
  1. Angina
  2. Aritmia
  3. Perdarahan
  4. Spasme mendadak dari pembuluh darah koroner.
  5. Hipotensi
  6. Reoklusi
  7. Iskemia tungkai
  8. Infark miokard
  9. Kematian


F.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan Pre PTCA :
  1. Nyeri dada berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard.
  2. Takut atau cemas berhubungan dengan ketidaktahuan akan tindakan PTCA.
Diagnosa Keperawatan Post PTCA :
  1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas jantung,perubahan irama jantung.
  2. Nyeri dada berhubungan dengan iskemia miokard,diseksi,spasme,emboli.
  3. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan sirkulasi akibat emboli,trombus dan hematoma. 
  4. Keterbatasan aktifitas berhubungan dengan luka daerah tusukan.

Demikian yang sedikit sobat dan terima kasih telah membaca artikel Askep PTCA / PCI.Semoga artikel Askep PTCA / PCI ini bisa berguna serta bermanfaat.

Monday, January 2, 2012

Askep Katub Jantung

Askep Katup Jantung

A.Pengertian
Penyakit katub jantung menyebabkan kelainan pada aliran darah yang melintasi katub tersebut.Pada katub yang normal,keempat katub jantung, 2 katub atrioventrikuler, yaitu dari atrium ke ventrikel,dan 2 katub semilunar yaitu pulmonal dan aorta, dari ventrikel ke sirkulasi pulmonal dan sirkulasi sistemik.Daun katub sangat responsif, sehingga perbedaan tekanan yang kecil ( kurang dari 1 mmHg ) antara 2 ruang jantung, sudah mampu membuka dan menutup daun katub tersebut.

Katub yang terserang panyakit dapat menimbulkan 2 jenis gangguan :
1. Insufisiensi / Regurgitasi katub.
Daun katub tidak dapat menutup dengan rapat sehingga darah dapat mengalir balik.Regurgitasi katub menyebabkan peningkatan beban volume dan dilatasi ruang jantung yag menerima darah balik.
2. Stenosis katub.
Lubang katub mengalami penyempitan sehingga aliran darah mengalami hambatan.Stenosis katub meningkatkan afterload dan menyebabkan hipertropi pada atrium dan ventrikel karena memompa darah melawan peningkatan tekanan
Disfungsi katub dapat terjadi bersamaan,mungkin stenosis dan regurgitasi ( lesi campuran ).


B. Etiologi
Penyebab penyakit katub dapat dibagi atas reumatik ( lebih dari 90 % kasus ) dan non reumatik.Reumatik atau yang dikenal dengan RHD ( Rheumatic Heart Disease ) merupakan penyebab penyakit jantung paling umum,yang biasanya terjadi sejak masa kanak-kanak.Jaringan yang diserang pada demam rematik meliputi lapisan dari katub jantung,kulit,sendi dan otak.RHD adalah penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh Streptococcus Beta Hemoliticus group A yang menginfeksi saluran atas ( infeksi tenggorokan ) dan umumnya dibutuhkan waktu 2-3 minggu sampai timbul gejala-gejala demam rematik.


askep katub jantung, pengertian katub jantung, kelainan katub jantung

Patogenesis demam rematik secara pasti tidak diketahui.Mekanismenya berhubungan dengan reaksi autoimun terhadap infeksi streptococcus yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan atau manifestasi demam rematik.
Untuk menegakkan diagnosis demam rematik dipakai kriteria diagnostik Dr.T.Ducket Jones,yang dibagi dalam 2 kelompok,Kriteria Mayor dan Kriteria Minor.
Adanya 2 kriteria mayor atau 1 kriteria minor menunjukkan kemungkinan besar demam rematik.Adanya kuman streptococcus group A pada sediaan apus tenggorokan,dan adanya peningkatan titer ASTO memperkuat diagnosis.


C. Tanda dan Gejala

1. Kriteria Mayor :
  • Karditis.Bisa berupa pericarditis,miocarditis,endocarditis atau ketiganya ( pancarditis ). Inflamasi pericarditis dapat menghasilkan cairan serosa pada rongga pericardium,menyebabkan nyeri precordial dan pada auskultasi terdengar friction rub.Miocarditis merupakan inflamasi interstisiil jantung yang dapat mengganggu konduksi jantung dan payah jantung.Sedangkan endocarditis,merupakan inflamasi yang meluas,menimbulkan scarr pada katub jantung.Carditis jarang terdeteksi,karena tidak menimbulkan gejala,biasanya dideteksi pada saat pasien meminta pertolongan karena arthitis atau chorea.
  • Poliartritis Migrans.Artralgia dan artritis pada demam rematik umumnya mengenai lebih dari satu sendi dan berpindah-pindah.
  • Chorea.Merupakan gangguan saraf yang mengakibatkan gerakan bagian-bagian tubuh tidak terkendali,lemah otot dan gangguan emosi.
  • Nodul Subcutan.Terlihat sebagai tonjolan-tonjolan yang keras dibawah kulit tanpa perubahan warna dan rasa nyeri.Biasanya timbul pada minggu pertama serangan dan menghilang setelah 1-2 minggu.Jarang ditemukan pada orang dewasa.
  • Eritema Marginatum.Berupa bercak kulit ( rash ) dan umumnya ditemukan di tubuh,kadang-kadang pada bagian proximal ekstremitas,tetapi tidak di wajah.Jarang ditemukan pada orang dewasa.

2. Kriteria Minor :
  • Artralgia
  • Demam
  • C reaktif protein positif,peningkatan sedimentasi eritrosit,P-R interval memanjang pada EKG

Demam rematik sering terjadi pada negara sedang berkembang dimana kondisi sosial ekonominya, sanitasi, pemukiman dan layanan kesehatan masih minim.Tata laksana demam rematik disamping memperbaiki kondisi diatas adalah dengan tirah baring dan mobilisasi bertahap sesuai dengan keadaan jantungnya. Selanjutnya pemberian profilaksis pada episode awal paringitis streptococcus,dengan pemberian injeksi Penicillin G 500 mg pada dosis I dilanjutkan 4 x 250 mg/hari selama 10 hari.Jika pasien alergi penicillin G,diberikan Clarithromycin 2 x 500 mg/hari selama 7-14 hari atau Clindamycin 3x150 mg/hari.Pasien juga diberikan terapi salisilat dan kortikosteroid untuk mengurangi nyeri dan inflamasi

Penyebab lain penyakit katub jantung :
  1. Perubahan degeneratif jaringan,misalnya myxcoma,calsifikasi.
  2. Trauma/infeksi.
  3. CHD ( Coronary Heart Disease ), Myocardial infarction dengan ruptur muscullus papillaris,yang menyebabkan disfungsi katub atrioventrikuler.
  4. Kelainan kongenital.
  5. Penyakit sistemik misalnya lupus erytematous dan scleroderma.

D. Pengkajian ( Pengkajian Fokus )
a. Data Subyektif :
  • Riwayat demam rematik
  • cepat lelah
  • DOE
  • PND
  • riwayat nyeri dada
b.Data obyektif :
  • Sistem Respirasi : Dyspnoe,orthopnoe,PND,sianosis,rales.
  • Sistem Kardiovaskular : Bunyi jantung abnormal,thrill sistolik murmur,diastolik murmur,AF.takikardia, hipotensi,narrow pulse - - pressure,pulsasi perifer lambat,riwayat sinkope.
  • Sistem Gastrointestinal : asites,hepatomegali,mual,muntah, dan nyeri lambung.
  • Sistem Integumen : diaphoresis,sianosis,clubbing,periperal edema.
  • Sistem Neurologi : pusing dan nyeri.
  • Rontgen thorax : pembesaran ruang-ruang jantung.
  • KG : aritmia

E. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Timbul
  1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kerusakan katub jantung.
  2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen sekunder dengan penurunan curah jantung dan hipertensi pulmonal.
  3. Kelebihan cairan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan jantung memompakan darah ke seluruh tubuh.
  4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan bendungan paru.
  5. Resiko tinggi terjadi komplikasi emboli sistemik dan emboli pulmonal berhubungan dengan lepasnya katub jantung.
Demikian yang sedikit sobat dan terima kasih telah membaca artikel askep katub jantung. Semoga artikel askep katub jantung ini bisa berguna serta bermanfaat.


Wednesday, December 21, 2011

Askep Hipertensi

Askep Hipertensi.Alhamdulillah setelah kemarin memposting mengenai anak alegi susu sapi maka pada postingan kita kali ini akan kembali dalam tema blog yaitu mengenai asuhan keperawatan hipertensi dan semoga askep hipertensi ini bermanfaat.

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom,1995 )

A. Pengertian
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg
( Kodim Nasrin, 2003 ).
  • Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg.
  • Hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg.
  • Hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. 
Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik
( Smith Tom, 1995 ).

B. Penyebab
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
( Lany Gunawan, 2001 )
  1.  Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.
  2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.

Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer( Brunner & Suddarth, 2002 ).

asuhan keperawatan pasien dengan hipertensi, askep hipertensi, pengertian hipertensi, penyakit hipertensi

D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : ( Edward K Chung, 1995 )
1. Tidak Ada Gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala Yang Lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
E. Pemeriksaan Penunjang
  1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
  2. Pemeriksaan retina
  3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung
  4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
  5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
  6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
  7. Foto dada dan CT scan
F. Pengkajian Keperawatan pada Askep Hipertensi
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin
3. Integritas Ego
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, factor stress multipel
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
5. Makanan / Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
6. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda :, perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optik
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen
8. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis
9. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural
10. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : faktor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit ginjal
Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon
G. Penatalaksanaan Askep Hipertensi
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
H. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi Tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
  •  Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
  • Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
  • Penurunan berat badan
  • Penurunan asupan etanol
b. Menghentikan merokok
c. Diet tinggi kalium
d. Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
  • Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
  • Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur
  • Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
  • Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
e. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
  • Tehnik BiofeedbackBiofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
  • Tehnik relaksasi.Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat(1). Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( Joint National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure, Usa, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.

Pengobatannya meliputi :
a. Step 1 :  Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2 :  Alternatif yang bisa diberikan
  • Dosis obat pertama dinaikan
  • Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
  • Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh
  • Obat ke-2 diganti
  • Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : alternatif pemberian obatnya
  • Ditambah obat ke-3 dan ke-4
  • Re-evaluasi dan konsultasi
  • Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :
  • Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya
  • Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya
  • Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
  • Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter
  • Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
  • Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
  • Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
  • Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
  • Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari
  • Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
  • Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal
  • Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
  • Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
  • Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
  • Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.
J. Diagnosa Keperawatan pada Askep Hipertensi

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard
Intervensi Keperawatan :
  • Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
  • Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
  • Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
  • Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
  • Catat edema umum
  • Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
  • Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
  • Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
  • Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher
  • Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
  • Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
  • Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
  • Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
Hasil yang diharapkan :
  1. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
  2. Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
  3. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat
Intervensi keperawatan :
  • Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
  • Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
  • Batasi aktivitas
  • Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
  • Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan
  • Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi
Hasil yang diharapkan :
  1. Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman
3. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi
Tujuan : sirkulasi tubuh tidak terganggu
Intervensi :
  • Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur
  • Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia
  • Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan
  • Amati adanya hipotensi mendadak
  • Ukur masukan dan pengeluaran
  • Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan
  • Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan
Hasil yang diharapkan :
  1. Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
  2. Haluaran urin 30 ml/ menit
  3. Tanda-tanda vital stabil
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri
Tujuan : Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi
Intervensi :
  • Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
  • Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress
  • Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping atau efek toksik
  • Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter
  • Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah.
  • Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
  • Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
  • Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai pesanan
  • Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alcohol
  • Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan
Hasil Yang Diharapkan :
  1. Pasien mengungkapkan pengetahuan dan ketrampilan penatalaksanaan perawatan dini
  2. Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan

Friday, November 25, 2011

Askep Kateterisasi ( Koronary Angiografi )

Askep Kateterisasi ( Koronary Angiografi )

Setelah postingan kemarin mengenai Rindu Pemimpin Sehebat Umar bin Khattab ra maka kembali kepada tema blog ini yaitu mengenai asuhan keperawatan kateterisasi atau koronary angiografi.Biar ada refresing kembali serta review...

A. Pengertian
Angiografi adalah tehnik untuk pemberian zat kontras ke arteri koroner dengan kateter judgkin kanan / kiri.Sedangkan berdasarkan istilah coronary angiography adalah sebuah prosedur diagnostik invasif,dimana akan didapatkan hasil kelainan dari pembuluh darah arteri koroner,baik prosentase penyempitan lumen, letak penyempitan jumlah pembuluh darah yang menyempit, kondisi penyempitan ( panjang/tidak ), besar atau kecil pembuluh darah, ada atau tidaknya kolateral dan fungsi ventrikel kiri akan diketahui.
Tingkat kebenaran atau keakuratan dari diagnostik coronary angiography ini mendekati 100%, maka diharapkan hasil dari pemeriksaan ini dapat diberikan terapi yang sesuai atau tepat.

B. Indikasi
  1. Penyakit koroner yang sudah diketahui atau diduga ,berupa : serangan angina baru, angina tidak stabil, evaluasi sebelum operasi yang besar, iskemia tidak tampak, treadmill positif, nyeri dada atipikal atau spasme koroner
  2. Infark Miokard : angina tak stabil post infark, gagal trombolisis, shock, komplikasi mekanik ( VSD, ruptur dinding/otot papilaris )

C. Kontraindikasi

A. Relatif
  1. Penyakit gagal jantung kongestif tidak terkontrol, hipertensi,aritmia
  2. Penyakit pembuluh darah yang kurang dari 1 bulan
  3. Infeksi demam
  4. Elektrolit tidak seimbang
  5. Perdarahan gastrointestinal akut atau anemia
  6. Kehamilan
  7. Antikoagulasi ( atau diketahui perdarahan akut tidak terkontrol )
  8. Pasien tidak kooperatif
  9. Keracunan obat ( seperti digitalis,phennothizine )
  10. Gagal ginjal

B. Mutlak
  1. Tidak cukup perlengkapan atau fasilitas kateterisasi


asuhan keperawatan kateterisasi, Askep Koronary Angiografi


D.  Komplikasi
Hal yang mungkin terjadi akibat dilakukannya coronary angiography yaitu

A. Mayor
  • Tromboemboli
  • Infark miokard
  • Alergi berat terhadap zat kontras : spasme laring, bronkus hipotensi berat atau henti jantung
  • Aritmia berat seperti : fibrilasi ventrikel
  • Kematian

B. Minor
  • Aritmia seperti : bradikardia sinus,ekstrasistol takikardia ventrikel atau ventrikel takikardia
  • Alergi ringan
  • Perdarahan,hematom,atau infeksi tempat penusukan
  • Edema Paru
  • Komplikasi jarang : ruptur pembuluh darah,kateter melilit,kateter putus,perforasi arteri koroner

E.  Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Timbul

A. Pre Kateterisasi
  1. Nyeri dada berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard
  2. Takut, cemas berhubungan dengan ketidak tahuan tindakan kateterisasi


B. Post Kateterisasi
  1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas jantung,perubahan irama jantung
  2. Nyeri dada berhubungan dengan iskemia miokard,spasme dan emboli
  3. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan sirkulasi akibat emboli,trombus,dan hematoma
  4. Keterbatasan aktifitas berhubungan dengan luka daerah tusukan

Terima kasih sahabat telah membaca artikel mengenai Askep Kateterisasi ( Koronary Angiografi ). Semoga artikel Askep Kateterisasi ( Koronary Angiografi ) ini bisa berguna serta bermanfaat.

Tuesday, November 15, 2011

AsKep Gagal Jantung Kongestif / CHF

AsKep Gagal Jantung Kongestif / CHF.Setelah memposting tentang Page Rank Google Update maka kita kembali kepada postingan tentang asuhan keperawatan lagi ya sobat yaitu AsKep Gagal Jantung Kongestif / CHF .Masih sekitar permasalahan penyakit jantung juga kok sob.Silakan menyimak sahabat Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gagal Jantung Kongestif / CHF


A. Pengertian
Gagal jantung kongestif adalah keadaan dimana jantung tidak mampu lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi badan untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada keadaan tertentu,sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi.


B. Patofisiologi
Setiap hambatan pada aliran ( forward flow ) dalam sirkulasi akan menimbulkan bendungan pada arah berlawanan dengan aliran ( backward congestion ).Hambatan pengaliran ( forward failure ) akan menimbulkan adanya gejala backward failure dalam sirkulasi aliran darah.Mekanisme kompensasi jantung pada kegagalan jantung adalah upaya untuk mempertahankan peredaran darah dalam memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan.

Mekanisme kompensasi yang terjadi pada gagal jantung adalah : dilatasi ventrikel, hipertrofi ventrikel, kenaikan rangsang simpatis berupa takikardi dan vasokontriksi perifer, peninggian kadar katekolamin plasma, retensi garam dan cairan badan dan peningkatan ekstraksi oksigen oleh jaringan.Bila jantung bagian kanan dan bagian kiri bersama-sama dalam keadaan gagal akibat gangguan aliran darah dan adanya bendungan,maka akan tampak tanda dan gejala gagal jantung pada sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru.Keadaan ini disebut Gagal Jantung Kongestif / CHF.Skema berikut menjelaskan terjadinya gagal jantung,sehingga menimbulkan manifestasi klinik dan masalah keperawatan.


C. Etiologi

1. Penyebab gagal jantung dikelompokkan sebagai berikut :
  • Disfungsi miocard ( kegagalan miocardial )
  • Beban tekanan berlebihan – pembebanan sistolik ( sistolik overload )
  • Beban volume berlebihan – pembebanan distolik ( distolik overload )
  • Peningkatan kebutuhan metabolik – peningkatan kebutuhan yang berlebihan ( demand overload )
  • Gangguan pengisian ( hambatan input )
2. Pencetus dari CHF adalah :
  • Hipertensi, infark, emboli paru, infeksi, aritmia, anemia, febris, stress emosional, kehamilan / persalinan, pemberian transfusi/infus


asuhan keperawatan pasien dengan Gagal Jantung Kongestif, asuhan keperawatan CHF


D. Tanda dan Gejala 

Gejala dan tanda yang timbul pada gagal jantung bergantung pada sisi yang mengalami gangguan.Gejala pada “ Forward Failure “ disebabkan oleh penurunan curah jantung.Sedangkan gejala pada “ Backward Forward “ berhubungan dengan kegagalan vetrikel dalam pengosongan sempurna yang menyebabkan gangguan aliran darah.
Pada gagal jantung kiri terjadi penurunan kemampuan pengosongan ventrikel kiri yang menyebabkan penurunan perfusi sistemik serta penumpukan darah di atriumkiri dan pembuluh pulmnal.Bendungan di pulmonal menyebabkan edema paru dengan gejala : takipnea,dyspnea,bunyi nafas abnormal.Pada gagal jantung kanan,efek penurunan fungsi ventrikel kanan terjadi penahanan darah di atrium kanan yang dapat menyebabkan bendungan vena sistemik,yang di manifestasikan edema perifer dan gejala disfungsi dan pembesaran organ.


E. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium
Tidak ada pemeriksaan khusus yang dapat menegakkan diagnosis gagal jantung ( T.Santoso,Gagal Jantung 1989 ).Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk mengetahui sejauh mana gagal jantung telah mengganggu fungsi-fungsi organ lain seperti : hati,ginja dan lain-lain.
2. Radiologi
  • Bayangan hili paru yang tebal dan melebar, kepadatan makin ke pinggir berkurang
  • Lapangan paru bercak-bercak karena edema paru
  • Distensi vena paru
  • Hidrothorak
  • Pembesaran jantung,cardio-thoragic ratio meningkat
3. EKG
Dapat ditemukan kelainan primer jantung ( iskemik,hipertrofi ventrikel,gangguan irama ) dan tanda-tanda faktor pencetus akut ( infark miocard, emboli paru )
4. Ekokardiografi
Untuk deteksi gangguan fungsional serta anatomis yang menjadi penyebab gagal jantung
5. Kateterisasi Jantung
Pada gagal jantung kiri didapatkan ( LVEDP ) 10 mmHg atau Pulmonary Arterial Wedge Pressure > 12 mmHg dalam keadaan istirahat.Curah jantung lebih rendah dari 2,7 lt/mnt/m2 luas permukaan tubuh


F. Penatalaksanaan 
Menurut prioritas terbagi atas 4 kategori :

1. Memperbaiki kontraksi miocard/perfusi sistemik
  • Istirahat total/tirah baring dalam posisi semi fowler
  • Memberikan terapi oksigen sesuai dengan kebutuhan
  • Memberikan terapi medik : digitalis untuk memperkuat kontraksi otot jantung

2. Menurunkan volume cairan yang berlebihan
  • Memberikan terapi medik : diuretik untuk mengurangi cairan di jaringan
  • Mecatat intake dan output
  • Menimbang berat badan
  • Retriksi garam/diet rendah garam

3. Mencegah terjadinya komplikasi Post OP
  • Mengatur jadwal mobilisasi secara bertahap sesuai dengan keadaan klien
  • Mencegah terjadinya immobilisasi akibat tirah baring
  • Merubah posisi tidur
  • Memperhatikan efek samping pemberian medika mentosa : keracunan digitalis
  • Memeriksa atau memonitor EKG

4. Pengobatan pembedahan ( Komisurotomi )
Hanya pada regurgitasi aorta akibat infeksi aorta,reparasi katup aorta dapat dipertimbangkan.Sedangkan pada regurgitasi aorta akibat penyakit lainnya umumnya harus diganti dengan katup artifisial.Indikasi pada keluhan sesak nafas yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan symtomatik.Bla ekhokardiografi menunjukkan sistole ventrikel kiri 55 mm.

5. Pendidikan kesehatan yang menyangkut penyakit, prognosis, obat-obatan serta pencegahan kekambuhan
  • Menjelaskan tentang perjalanan penyakit dan prognosisnya
  • Menjelaskan tentang kegunaan obat-obatan yang digunakan, serta memberikan jadwal pemberian obat
  • Merubah gaya hidup / kebiasaan yang salah : merokok, stress, kerja berat, minum alkohol, makanan tinggi lemak dan kolesterol
  • Menjelaskan tentang tanda-tanda serta gejala yang menyokong terjadinya gagal jantung,terutama yang berhubungan dengan kelelahan, lekas capai, berdebar-debar, sesak nafas, anoreksia, keringat dingin
  • Menganjurkan untuk kontrol secara teratur walaupun tanpa gejala
  • Memberikan dukungan mental sehingga klien dapat menerima dirinya secara nyata/realitas akan dirinya baik

G. Pengkajian ( Pengkajian Fokus )

1. Aktifitas dan istirahat
  • Adanya kelelahan / exhaustion,insomnia,letargi,kurang istirahat
  • Sakit dada, dispnea pada saat istirahat atau saat beraktivitas
2. Sirkulasi
  • Riwayat hipertensi, kelainan katup, bedah jantung, endokarditis, anemia, septik syok, bengkak pada kaki, asites, takikardia
  • Disritmia, atrial fibrilasi, prematur ventrikular contraction
  • Bunyi S3 gallop,adanya bunyi CA, adanya sistolik atau diastolik, murmur, peningkatan JVP
  • Adanya nyeri dada, sianosis, pucat, ronchi, hepatomegali
3. Status mental
  • Cemas, ketakutan, gelisah, marah, iritabel / peka
  • Stress sehubungan dengan penyakitnya, sosial finansial
4. Eliminasi
  • Penurunan volume urine, urine yang pekat
  • Nocturia, diare dan konstipasi
5. Makanan dan cairan
  • Hilang nafsu makan, nausea,dan vomiting
  • Oedema di ekstremitas bawah, asites
6. Neurologi
  • Pusing ,pingsan, kesakitan
  • Lethargia, bingung, disorientasi, iritabel
7. Rasa nyaman
  • Sakit dada ,kronik / akut angina

8. Respirasi
9. Rasa aman
  • Perubahan status mental
  • Gangguan pada kulit / dermatitis
10. Interaksi sosial
  • Aktifitas sosial berkurang


H. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

  1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung
  2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemia pada miocard
  3. Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunnya preload atau peningkatan SVR, miocardial infark
  4. Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan darah, hipovolumia
  5. Resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan extra selular berhubungan dengan penurunan perfusi organ ( renal ), peningkatan retensi natrium, penurunan plasma protein

Terima kasih sahabat telah membaca artikel mengenai AsKep gagal jantung kongestif / CHF. Semoga artikel AsKep Gagal Jantung Kongestif ini bisa berguna serta bermanfaat.

Tuesday, November 1, 2011

AsKep Pasien Nyeri Dada

AsKep Nyeri Pasien Dada
Alhamdulillah mengawali hari pertama di Bulan Nopember ini kita akan kembali memposting mengenai Asuhan Keperawatan kembali.Postingan ini adalah postingan sambungan dari postingan pertama kali blog ini online di dunia maya yaitu Angina Pektoris.

Hal ini diangkat kembali karena gejala yang paling sering dirasakan pasien yang terkena serangan jantung ini biasa mengeluh nyeri dada.Silakan menyimak sahabat Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Nyeri Dada


A. PENGERTIAN
  • Nyeri dada adalah perasaan nyeri / tidak enak yang mengganggu daerah dada dan seringkali merupakan rasa nyeri yang diproyeksikan pada dinding dada (referred pain)
  • Nyeri Coroner adalah rasa sakit akibat terjadinya iskemik miokard karena suplai aliran darah koroner yang pada suatu saat tidak mencukupi untuk kebutuhan metabolisme miokard.
  • Nyeri dada akibat penyakit paru misalnya radang pleura (pleuritis) karena lapisan paru saja yang bisa merupakan sumber rasa sakit, sedang pleura viseralis dan parenkim paru tidak menimbulkan rasa sakit (Himawan, 1996)

B. ETIOLOGI

a. Cardial
  1. Koroner
  2. Non Koroner
b. Non Cardial
  1. Pleural
  2. Gastrointestinal
  3. Neural
  4. Psikogenik (Abdurrahman N, 1999)


C. TANDA DAN GEJALA 

Tanda dan gejala yang biasa menyertai nyeri dada adalah :
  • Nyeri ulu hati
  • Sakit kepala
  • Nyeri yang diproyeksikan ke lengan, leher, punggung
  • Diaforesis / keringat dingin
  • Sesak nafas
  • Takikardi
  • Kulit pucat
  • Sulit tidur (insomnia)
  • Mual, Muntah, Anoreksia
  • Cemas, gelisah, fokus pada diri sendiri
  • Kelemahan
  • Wajah tegang, m erintih, menangis
  • Perubahan kesadaran



D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. EKG 12 lead selama episode nyeri
  • Takhikardi / disritmia
  • Rekam EKG lengkap : T inverted, ST elevasi / depresi, Q Patologis
b. Laboratorium
  • Kadar enzim jantung : CK, CKMB, LDH
  • Fungsi hati : SGOT, SGPT
  • Fungsi Ginjal : Ureum, Creatinin
  • Profil Lipid : LDL, HDL
c.  Foto Thorax
d.  Echocardiografi
e.  Kateterisasi jantung


E. PENGKAJIAN

1. Pengkajian Primer

a. Airway
  • Bagaimana kepatenan jalan nafas
  • Apakah ada sumbatan / penumpukan sekret di jalan nafas?
  • Bagaimana bunyi nafasnya, apakah ada bunyi nafas tambahan?

b. Breathing
  • Bagaimana pola nafasnya ? Frekuensinya? Kedalaman dan iramanya?
  • Apakah menggunakan otot bantu pernafasan?
  • Apakah ada bunyi nafas tambahan?

c. Circulation
  • Bagaimana dengan nadi perifer dan nadi karotis? Kualitas (isi dan tegangan)
  • Bagaimana Capillary refillnya, apakah ada akral dingin, sianosis atau oliguri?
  • Apakah ada penurunan kesadaran?
  • Bagaimana tanda-tanda vitalnya ? T, S, N, RR, HR?

2. Pengkajian Sekunder 

Hal-hal penting yang perlu dikaji lebih jauh pada nyeri dada (koroner) :
  1. Lokasi nyeri.Dimana tempat mulainya, penjalarannya (nyeri dada koroner : mulai dari sternal menjalar ke leher, dagu atau bahu sampai lengan kiri bagian ulna)
  2. Sifat nyeri.Perasaan penuh, rasa berat seperti kejang, meremas, menusuk, mencekik/rasa terbakar, dll.
  3. Ciri rasa nyeri.Derajat nyeri, lamanya, berapa kali timbul dalam jangka waktu tertentu.
  4. Kronologis nyeri.Awal timbul nyeri serta perkembangannya secara berurutan
  5. Keadaan pada waktu serangan.Apakah timbul pada saat-saat / kondisi tertentu
  6. Faktor yang memperkuat / meringankan rasa nyeri misalnya sikap/posisi tubuh, pergerakan, tekanan, dll.
  7. Gejala lain yang mungkin ada atau tidaknya hubungan dengan nyeri dada.


F.  DIAGNOSA KEPERAWATAN
  1. Perubahan kenyamanan nyeri (nyeri akut) b.d iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri, inflamasi jaringan
  2. Perubahan perfusi jaringan (otot jantung) b.d penurunan aliran darah
  3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai O2 dan kebutuhan metabolisme jaringan


G.  INTERVENSI KEPERAWATAN 

Prinsip-prinsip Tindakan :
  1. Tirah baring (bedrest) dengan posisi fowler / semi fowler
  2. Melakukan EKG 12 lead kalau perlu 24 lead
  3. Mengobservasi tanda-tanda vital
  4. Kolaborasi pemberian O2 dan pemberian obat-obat analgesik, penenang, nitrogliserin, Calcium antagonis dan observasi efek samping obat.
  5. Memasang infus dan memberi ketenangan pada klien
  6. Mengambil sampel darah
  7. Mengurangi rangsang lingkungan
  8. Bersikap tenang dalam bekerja
  9. Mengobservasi tanda-tanda komplikasi


Terima kasih sahabat telah membaca artikel mengenai AsKep Pasien Nyeri Dada. Semoga artikel AsKep Pasien Nyeri Dada ini bisa berguna serta bermanfaat.

Wednesday, October 19, 2011

Kolesterol Jahat

Kolesterol Jahat.
Postingan terakhir Sehat Kita Semua kemarin adalah mengenai AsKep Pasien dengan Ventrikular Septal Defek ( VSD ) dan mohon maaf kepada sobat-sobat yang banyak mengeluhkan tentang bahasa penulisan yang banyak menggunakan bahasa medis dan juga keperawatan.Karena keterbatasan dalam menerjemahkan ke bahasa yang mudah dimengerti jadi admin mohon maaf sebelumnya.

Hari ini kita masih akan memposting hal yang berkaitan dengan kesehatan jantung kita yaitu mengenai kolesterol jahat.Tingginya angka kematian di Indonesia akibat penyakit jantung koroner yang mencapai 26% dimana pembuluh darah koroner mengalami penyempitan akibat kolesterol jahat atau Low-Density Lipoprotein (LDL) yang mengendap.Kolesterol LDL yang berlebihan akan menumpuk di dalam pembuluh darah dan dapat mengakibatkan penyakit kardiovaskular, seperti PJK (Penyakit Jantung Koroner) dan stroke, bahkan kematian mendadak.

Sekitar 38 juta orang Amerika memiliki kolesterol tinggi, menurut American Heart Association. Kolesterol adalah zat lemak seperti lilin yang ada di setiap sel tubuh dan diperlukan untuk membangun sel sehat dan hormon. Masalah jantung serius bisa terjadi akibat kolesterol tinggi. Memiliki kolesterol tinggi bukanlah hasil dari makan makanan yang salah hanya beberapa hari, minggu atau bahkan beberapa bulan, namun bertahun-tahun kebiasaan makan yang buruk.


Jantung koroner adalah merupakan salah satu penyakit pembunuh yang paling ditakuti di seluruh dunia.Biasanya penyakit ini dialami oleh orang berusia produktif dan menyerang secara mendadak hingga menimbulkan kematian.Sebanyak 80% meninggal secara mendadak dan 50 tanpa gejala sebelumnya.

Penatalaksanaan kadar kolesterol LDL tinggi melalui pendekatan olahraga dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dengan secara rutin berolahraga yang melibatkan otot-otot besar tubuh seperti paha, lengan atas, serta pinggul.Berolahraga secara teratur minimal selama 30 menit sebanyak lima kali dalam seminggu dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh,Jenis olahraga yang dapat dilakukan adalah jalan cepat, bersepeda, senam aerobik,dan berenang.

Sementara mengenai penerapan pola makan sehat sebagai salah satu cara lainnya untuk penatalaksaan penurunan kolesterol jahat / LDL yaitu bahwa perubahan pola dan kemudahan mendapatkan makanan, kurangnya olahraga cenderung mengakibatkan seseorang mengalami dislepidemia dengan peningkatan kadar kolesterol LDL, dan trigeserida serta menurunkan kadar HDL (Kolesterol baik ).


Terima kasih sahabat telah membaca artikel mengenai kolesterol jahat. Semoga artikel kolesterol jahat ini bisa berguna serta bermanfaat.

Sunday, October 16, 2011

AsKep Pasien dengan Ventrikular Septal Defek ( VSD )

AsKep Pasien dengan Ventrikular Septal Defek ( VSD ).Setelah lama tidak memposting mengenai asuhan keperawatan maka sore hari ini kita akan sedikit memposting mengenai AsKep Pasien dengan Ventrikular Septal Defek ( VSD ) setelah askep yang terakhir tentang askep pasien dengan asma bronchiale dan juga askep klien dengan inkontinensia urin.


A.Pengertian
VSD adalah suatu keadaan dimana terdapat defek ( lubang ) abnormal pada sekat yang memisahkan ventrikel kanan dan kiri.
Terdapat dua jenis VSD :

1.      Membranous ( terjadi + 80 % )
2.      Muskular

B.Etiologi
Perkembangan Embrio
Gabungan ventrikuler dan membranous terjadi saat kehamilan umur 4 – 8 minggu. Perkembangan septum muskular tejadi saat ventrikel kana dan kiri membentuk sumbu ( fuse ) sedangkan septum membranous terjadi akibat pertumbuhan dari “ endocardial ciushius “.Selama proses pembentukan sekat ini dapat terjadi defek kongenital akibat gangguan pembentukan ini.


C.Tanda dan Gejala
Berhubungan dengan banyaknya aliran darah yang melewati lubang ( defek ) dan tahanan pulmonal dengan tanda dan gejala sebagai berikut :

1.VSD Kecil :
  • Tidak memperlihatkan keluhan.
  • Pertumbuhan perkembangan pada umumnya normal.
  • Bising jantung biasanya terdeteksi umur 2-6 bulan.
  • Pada auskultasi biasanya bunyi jantung normal.
  • Defek muskular ditemukan bising sistolik dini,pendek, dan mungkin didahului oleh early sistolik click.
  • Ditemukan bising pansistolik di sela iga 3 – 4 garis sternal kemudian menjalar sepanjang garis sternum kiri bahkan ke seluruh prekordium.
    2.VSD Sedang :
    Pada Bayi :
    • Sesak nafas pada waktu makan dan minum atau tidak mampu menghabiskan makanan dan minumnya.
    • Peningkatan berat badannya terhambat.
    • Seringkali menderita infeksi paru yang memerlukan waktu yang lama untuk sembuh.
    • Gagal jantung mungkin terjadi sekitar 3 bulan.
    • Fisik bayi tampak kurus dengan dyspnoe-takipnoe serta retraksi sela iga.
      Pada pasien besar dapat terjadi penonjolan dada.

      3.VSD Besar :
      • Gejala dan gagal jantung sering terlihat.
      • Pasien tampak sesak,pada saat istirahat kadang pasien biru,gagal tumbuh dan banyak keringat.
      • Sering terkadi infeksi saluran nafas bagian bawah.
      • Aktifitas prekardium meningkat.
      • Bising yang terdengar nada rendah,pansistolik dan tidak terlokalisir.
      • Gejala sering timbul setelah minggu ke 3 sampai dengan minggu ke 4 pada saat resistensi paru sudah menurun.
      4.VSD dengan resistensi paru tingi atau Sindrom Eisenmenger :
      • Terlihat dada menonjol akibat pembesaran ventrikel kanan yang hebat.
      • Terjadi pirau terbalik dari kanan ke kiri sehingga pasien sianotik.
      • Sering terjadi batuk dan infeksi saluran nafas berulang
      • Terjadi gangguan pertumbuhan yang makin hebat.
      • Terlihat adanya jari-jari tabuh.
      • Pada pemeriksaan auskultasi,bunyi jantung dengan split yang sempit.
      • Pada pemeriksaan palpasi,hepar terasa besar akibat bendungan sistemik.

      D. Pemeriksaan Penunjang
      1.EKG :
      Gambaran EKG pada pasien VSD dapat menggambarkan besar kecilnya defek dan hubungannya dengan hemodinamik yang terjadi :
      1. Pada VSD kecil,gambaran EKG biasanya normal,namun kadang-kadang di jumpai gelombang S yang sedikit dalam dihantaran perikardial atau peningkatan ringan gelombang R di V5 dan V6.
      2. Pada VSD sedang,EKG menunjukkan gambaran hipertrofi kiri.Dapat pula ditemukan hipertrofi ventrikel kanan,jika terjadi peningkatan arteri pulmonal.
      3. Pada VSD besar,hampir selalu ditemukan hipertrofi kombinasi ventrikel kiri dan kanan.Tidak jarang terjadi hipertrofi ventrikekl kiri dan kanan disertai deviasi aksis ke kanan ( RAD ).Defek septum ventrikel membranous inlet sring menunjukkan deviasi aksis ke kiri. ( LAD ).
      2.Gambaran Radiologi Thorax :
      1. Pada VSD kecil,memperlihatkan bentuk dan ukuran jantung normal dengan vaskularisasi peru normal atau sedikit meningkat.
      2. Pada VSD sedang,menunjukkan kardiomegali sedang dengan konus pulmonalis yang menonjol,hilus membesar dengan vaskularisasi paru meningkat.
      3. Pada VSD besar yang disertai hipertrofi pulmonal atau sindroma eisenmenger tampak konus pulmonal sangat menonjol dengan vaskularisasi paru yang meningkat di daerah hilus namun berkurang di perifer
      3.Echocardiografi :
      1. Pemeriksaan echocardiografi pada VSD meliputi M-Mode,dua dimensi doppler.Pada doppler berwarna dapat ditemukan lokasi,besar dan arah pirau.
      2. Pada defek yang kecil,M-Mode dalam batas normal sedangkan pada dua dimensi defek kecil sulit dideteksi.
      3. Pada defek sedang lokasi dan ukuran dapat ditentukan dengan ekokardigrafi dua dimensi,dengan M-Mode terlihat pelebaran ventrikel kiri atau atrium, kontraktilitas ventrikel masih baik.
      4. Pada defek besar,ekokardiografi dapat menunjukkan adanya pembesaran ke empat ruang jantung dan pelebaran arteri pulmonalis.
      4.Kateterisasi jantung :
      Kateterisasi jantung diperlukan pada :
      • -VSD kecil dan sedang yang disuga ada peningkatan tahanan paru.
      • -VSD besar dan atau gagal jantung.
      Tujuan kateterisasi jantung terutama untuk mengetahui :
      1. Jumlah defek.
      2. Evaluasi besarnya pirau.
      3. Evaluasi tahanan vaskular paru.
      4. Evaluasi beban kerja ventrikel kanan dan kiri.
      5. Mengetahui defek lain selain VSD.
      Kateterisasi jantung kanan untuk mengukur tekanan dan saturasi pada aliran darah pulmonal sedangkan kateterisasi jantung kiri untuk aliran darah sistemik.

      E.Komplikasi
      1. Gagal Jantung Kongestif.
      2. Hipertensi Arteri Pulmonalis.
      3. Bakterial Endokarditis.
      F.Terapi Medis
      1. Untuk mengatasi gagal jantung.
      2. Mengurangi gejala klinik.
      3. Mengurangi frekuensi infeksi saluran nafas.
      4. Untuk mencapai pertumbuhan normal.
      A.Pengobatan Konservatif :
      1. Oksigen.
      2. Digitalis.
      3. Diuretik.
      4. Dopaminergik.
      5. Vasodilator.
      6. Ace Inhibitor.
      B.Operatif Bedah :
      Paliatif : Pulmonary Arteri Banding ( PAB ),banding ( penyempitan ) pada cabang utama arteri pulmonal untuk mengurangi aliran darah pulmonal.Umumnya dilakukan pada anak dengan CHF.
      Penutup VSD ( prosedur pilihan ).
      Lubang kecil dengan melakukan jahitan langsung.
      Lubang besar dengan menggunakan tambahan “ dacron “
      Kedua prosedur diatas menggunakan mesin jantung paru,prosedur bedah dilakukan melalui atrium kanan dan katub trikuspid.
      Komplikasi post operasi meliputi VSD berulang dengan gangguan konduksi.

      G.Pengkajian ( Pengkajian Fokus )
      1. Pengkajian Umum
      1. Ukur barat badan,panjamg badan,lingkar kepala secara teratur.
      2. Gambarkan secara umum ukuran dan bentuk tubuh,postur saat istirahat,adanya edema dan lokasi.
      3. Bentuk wajah untuk melihat kelainan seperti : Syndrome Down.
      2. Pengkajian Pernafasan
      1. Gambarkan bentuk dada,simetris,adanya insisi,selang di dada atau penyimpa ngan lain.
      2. Gambarkan penggunaan otot-otot pernafasan tambahan : gerakan cuping hidung,retraksi sub sternal dan interkostal atau sub clavia.
      3. Tentukan rata-rata pernafasan dan keteraturannya.
      4. Auskultasi dan gambarkan bunyi nafas,kesamaan bunyi nafas,berkurangnya / tidak adanya udara nafas,stridor,crakles,wheezing.
      5. Gambarkan adanya tangisan bila tidak di intubasi.
      6. Bila diintubasi catat ukuran pipa endotrakeal,jenis dan setting ventilator.
      7. Ukur saturasi oksigen dengan menggunakan oximetri pulse dan analisa gas darah.
      3. Pengkajian Kardiovaskular
      1. Tentukan denyut jantung dan iramanya.
      2. Gambarkan bunyi jantung termasuk murmur.
      3. Tentukan poin maksimum impuls ( PMI ),poin dimana bunyi jantung terdengar paling keras.
      4. Tentukan tekanan darah.Sebutkan ekstremitas yang digunakan dan ukuran yang dipakai.Pemeriksaan tidak boleh lebih dari 1 kali.
      5. Kaji warna kuku,membran mukosa bibir.
      6. Gambarkan warna bayi atau anak ( mungkin dapat menunjukkan latar belakang masalah jantung,pernafasan atau darah ).Sianosis,pucat,jaundice, mouting,
      7. Gambarkan nadi perifer,pengisian kapiler ( kurang dari 3 detik )
      8. Pastikan monitor,parameter dan alarm posisi “On”
      4. Pengkajian gastrointestinal
      1. Tentukan adanya distensi abdomen,meningkatnya lingkar perut,kulit yang terang ( bright ),adanya eritema dinding abdomen,tampaknya peristaltik, bentuk usus yang dapat dilihat,status umbilikus..
      2. Tentukan adanya tanda-tanda regurgitasi,waktu yang berhubungan dengan pemberian makan,bila memakai NGT tentukan karakter,jumlah residu,warna, konsisten,PH vairan lambung.
      3. Palpasi area hati.
      4. Gambarkan bising usus,ada atau tidak ada.
      5. Gambarkan jumlah,warna,konsistensi feces.
      5. Pengkajian genitourinari
      1. Gambarkan bentuk abnormal dari genetalia..
      2. Gambarkan jumlah ( ditentukan oleh berat badan ), PH dan berat jenis untuk menggambarkan status cairan.
      3. Timbang berat badan ( tindakan yang paling sering dilakukan untuk mengkaji status cairan.
      6. Pengkajian neuromuskuloskeletal
      1. Gambarkan gerakan bayi : random,bertujuan,twitching,spontan,tingkat akti fitas dengan stimulasi,evaluasi saat kehamilan dan persalinan.
      2. Gambarkan sikap dan posisi bayi/anak : fleksi ayau ekstensi.
      3. Observasi reflek moro,sucking,babinski,plantar dan reflek lain yang diharapkan.
      4. Tentukan tingkat respon.
      5. Gambarkan adanya perubahan pada lingkar kepala ( bila ada indikasi ) ukuran, tahanan fontanel, dan garis sutura.
      6. Gambarkan respon pupil pada bayi yang usia kehamilannya lebih dari 32 minggu.
      7. Pengkajian kulit
      1. Gambarkan beberapa perubahan warna,daerah kemerahan,tanda iritasi,abrasi, khususnya dimana terdapat daerah penekanan oleh infus atau alat yang lain kontak dengan bayi/anak,juga observasi dan catat bahan yang digunakan untuk perawatan kulit.
      2. Tentukan tekstur dan turgor kulit : kering,lembut, dan lain-lain.
      3. Gambarkan adanya rash,luka kulit atau tanda lahir.
      4. Gambarkan kateter infus dan jarum yang digunakan dan observasi adanya tana infiltrasi.
      5. Gambarkan adanya infus parenteral : lokasi;arteri,vena perifer,umbilical, sentral.Jenis infus ( obat,saline,dektrose,elektrolit,lemak,TPN ).
      8. Temperatur
      1. Gambarkan suhu kulit dan axilla.
      2. Gambarkan hubungan dengan suhu lingkungan.
      FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MENYEBABKAN GANGGUAN ADALAH :
      1. Faktor Prenatal
      1. Ibu menderita infeksi : rubella.
      2. Ibu alkoholisme.
      3. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
      4. Ibu menderita penyakit diabetes yang memerlukan insulin.
      5. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
      2. Faktor Genetik
      1. Anak yang lahir sebelumnya PJB.
      2. Ayah / ibu menderita PJB.
      3. Kelainan kromosom misalnya Sindrom Down.
      4. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
      H.Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Timbul
      1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan bentuk lubang,disfungsi miokard.
      2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kongesti paru.
      3. Volume cairan berlebih berhubungan dengan akumulasi cairan ( edema ).
      4. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan tubuh berhubungan dengan nutrisi tidak adekuat.
      5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan suplai dan kebutuhan oksigen tidak seimbang / ketidakmampuan / kelemahan sekunder terhadap penurunan curah jantung.
      6. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh, kongestif paru.
      7. Gangguan psikologis pada anak dan atau keluarga berhubungan dengan masa perawatan di rumah sakit.