Dipaksa Mundur dari Caleg PNA, Zuhra (31) Di Ancam Tembak Oleh Bidin (Simpatisan Partai Aceh )
* Dia (pelaku) memaksa saya untuk mundur dari pencalonan, karena saya mencalonkan diri dari Partai PNA. Jika saya tak mau mundur saya akan ditembak, karena perintah tembak masih berlaku untuk orang-orang yang dianggap berkhianat,” ujar Zuhra meniru kata-kata ancaman dari pelaku kepada dirinya.
JANTHO - Seorang calon anggota legislatif (caleg) perempuan dari Partai Nasional Aceh (PNA) Aceh Besar, Zuhra (31), warga Gampong Lampisang Tunong, Kecamatan Seulimeum, Aceh Besar, mengaku diancam tembak oleh seorang mantan kombatan GAM yang kini menjadi simpatisan Partai Aceh (PA), disebut-sebut bernama Bidin.
Pengakuan langsung korban kepada Serambi, ancaman itu pertama kali diterimanya persis saat ia akan mendaftarkan diri atas pencalonannya ke Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh Besar, Minggu 21 April 2013.
Zuhra yang tercatat sebagai caleg PNA Aceh Besar nomor urut 7 dari daerah pemilihan (dapil I) mengungkapkan, kejadian pengancaman itu terjadi saat ia bertemu pelaku di sebuah warung di kawasan Gampong Capeung, Seulimeum, saat hendak ke Kota Jantho mendaftarkan diri ke KIP Aceh Besar.
Korban mengaku, sejak pengancaman tersebut, dirinya sering menerima telepon dari pelaku yang terus memaksanya mundur karena dinilai telah berkhianat terhadap Aceh. “Tadi pagi (kemarin) dia juga masih menelepon untuk menanyakan apakah saya sudah mundur atau belum dari pencalonan,” ungkapnya.
Pengancaman juga dikaitkan dengan status pekerjaan korban sebagai guru honor di Taman Kanak-kanak (TK). “Dia mengatakan, saya tidak akan pernah bisa jadi PNS karena saya bergabung di Partai PNA,” ucapnya, sedih.
Karena tak tahan terus diteror, ia bersama sejumlah pengurus Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PNA Aceh Besar melaporkan tindakan pengancaman itu ke Polres Aceh Besar, Rabu 24 April 2013. Laporan pengaduan itu tercatat dengan nomor 29/IV/2013/ACEH/Res Abes.
Ketika membuat laporan ke polisi, Zuhra didampingi Kepala Sekretariat PNA Aceh Besar Nasri ST, caleg DPRA dari PNA Iswadi, Komandan Satgas Tameng Nasional Aceh (TNA) M Amin, Ketua Bappilu PNA Aceh Besar Mahyuddin, dan sejumlah ketua Dewan Pimpinan Kecamatan (DPK) PNA di Aceh Besar.
Ketua Sekretariat PNA Aceh Besar, Nasri berharap, intimidasi seperti ini tidak terulang lagi. Ia meminta pihak-pihak yang berseberangan secara politik agar mengedepankan etika dalam berpolitik.
Sebelumnya, kata Nasri, lima bakal calon legislatif PNA dari sejumlah kecamatan juga sudah menyatakan mundur yang diyakini juga akibat adanya intimidasi. “Kami berharap pihak keamanan lebih intensif menjaga situasi kondusif menjelang pemilu,” tandas Ketua Sekretariat PNA Aceh Besar.(yat)
“Mereka Dulu Sering Minta Bantuan Ayah Saya”
SAAT Aceh masih didera konflik, dan GAM masih eksis melakukan perlawanan bersenjata, keluarga Zuhra termasuk salah satu pendukung setia perjuangan GAM. “Ayah saya, M Daham, sering membantu prajurit GAM yang sedang berjuang. Mereka sering meminta uang atau beras untuk para kombatan yang saat itu dipimpin Wan Beurujuek,” ungkap Zuhra.
Zuhra mengaku tahu persis orang-orang yang meminta bantuan kepada ayahnya. “Saat mereka meminta kepada ayah saya, ayah saya menyuruh menemui saya untuk mengambil uang dan bantuan lainnya. Orang tersebut termasuk Bidin yang kini mengancam saya,” ujar Zuhra.
Zuhra yang maju sebagai calon anggota legislatif (caleg) PNA untuk DPRK Aceh Besar mengaku sedih dengan sikap Bidin dan para mantan kombatan lainnya yang dia nilai tidak menghargai keikhlasan keluarganya dalam membantu perjuangan GAM. “Kami ikhlas membantu perjuangan ini, namun sekarang kami dianggap musuh bahkan dicap pengkhianat yang pantas dibunuh,” kata Zuhra menyiratkan kesedihan.
No comments:
Post a Comment