Bahwa yang dimaksud dengan bantuan hidup dasar adalah usaha yang dilakukan untuk menjaga jalan nafas (airway) tetap terbuka, menunjang pernafasan dan sirkulasi dan tanpa menggunakan alat-alat bantu. Usaha ini harus dimulai dengan mengenali secara tepat keadaan tanda henti jantung atau henti nafas dan segera memberikan bantuan sirkulasi dan ventilasi.
Tujuan dari pemberian Bantuan Hidup Dasar ini adalah memberikan bantuan dengan cepat mempertahankan pasok oksigen ke otak, jantung dan alat-alat vital lainnya sambil menunggu pengobatan lanjutan. Pengalaman menunjukkan bahwa resusitasi jantung paru akan berhasil terutama pada keadaan 'henti jantung' yang disaksikan (witnessed) dimana resusitasi segera dilakukan oleh orang yang berada di sekitar korban.
Ketika akan memberikan bantuan dasar akan ini maka hal ini memerlukan tanda dari henti jantung yang berupa :
- Kesadaran hilang (dalam 15 detik setelah henti jantung).
- Tak teraba denyut arteri besar (femoralis dan karotis pada orang dewasa atau brakialis pada bayi).
- Henti nafas atau mengap-megap (gasping).
- Terlihat seperti mati (death like appearance)
- Warna kulit pucat sampai kelabu.
- Pupil dilatasi (setelah 45 detik). {Sunatrio DR, Resusitasi Jantung Paru, Editor Muchtaruddin Mansyur, IDI, Jakarta, hal : 193.}
- Airway. Berhasil tidaknya dalam memberikan resusitasi jantung paru bahwa yang dimaksud dengan resusitasi jantung paru ini berawal dari cepatnya dalam pemberian bantuan pembukaan jalan nafas. Cara mmebuka jalan nafas korban henti jantung ini adalah dengan segera menekuk kepala korban ke belakang sejauh mungkin, posisi terlentang kadang-kadang sudah cukup menolong karena sumbatan anatomis akibat lidah jatuh ke belakang dapat dihilangkan. Kepala harus dipertahankan dalam posisi ini.
- Breathing (Pernafasan). Dalam memberikan bantuan pernafasan ini bisa dilakukan dengan cara melakukan pernafasan mulut ke mulut penolong menggunakan satu tangan di belakang leher korban sebagai ganjalan agar kepala tetap tertarik ke belakang, tangan yang lain menutup hidung korban (dengan ibu jari dan telunjuk) sambil turut menekan dahi korban ke belakang. Penolong menghirup nafas dalam kemudian meniupkan udara ke dalam mulut korban dengan kuat. Ekspirasi korban adalah secara pasif, sambil diperhatikan gerakan dada waktu mengecil. Siklus ini diulang satu kali tiap lima detik selama pernafasan masih belum adekuat.
- Circulation (Sirkulasi Buatan). Sering disebut juga dengan Kompresi Jantung Luar. Henti jantung (cardiac arrest) ialah hentinya jantung dan peredaran darah secara tiba-tiba, pada seseorang yang tadinya tidak apa-apa dan hal ini merupakan keadaan darurat yang paling gawat.
Penanganan dini pada korban dengan henti nafas atau sumbatan jalan nafas dapat mencegah henti jantung. Bila terjadi henti jantung primer, O2 tidak beredar dan O2 yang tersisa dalam organ vital akan habis dalam beberapa detik. Henti jantung dapat disertai dengan fenomena listrik berikut : fibrilasi fentrikular, takhikardia fentrikular, asistol ventrikular atau disosiasi elektromekanis.
Tindakan resusitasi meliputi posisi pembukaan jalan nafas buatan dan kompresi dada luar dilakukan kalau memang betul dibutuhkan. Ini ditentukan penilaian yang tepat. Setiap langkah ABC RJP dimulai dengan penentuan tidak ada respon, tidak ada nafas dan tidak ada nadi. Pada korban yang tiba- tiba kolaps, kesadaran harus segera ditentukan dengan tindakan goncangan atau teriak yang terdiri dari menggoncangkan korban dengan lembut dan memanggil keras.
No comments:
Post a Comment