Manajemen PT PLN (Persero) berharap perbankan Cina segera mengucurkan dana untuk pembangunan proyek 10 ribu megawatt. Alasannya, banyak perusahaan Cina terlibat dalam megaproyek listrik tersebut.
Direktur Utama PLN Fahmi Mochtar optimistis akan mendapat pinjaman valas dari perbankan Cina untuk proyek tersebut. "Dampak krisis finansial memang terasa ke seluruh dunia, terutama Amerika dan Eropa. Tapi untuk Cina dan Timur Tengah, perekonomian mereka tidak akan sampai terjun bebas," ujarnya kepada Tempo kemarin.
Selain itu, kata Fahmi, Cina memiliki kepentingan cukup besar dalam proyek tersebut. "Perusahaan asal Cina banyak yang terlibat dalam pembangunan pembangkit listrik proyek itu," katanya.
Saat ini, perusahaan listrik milik pemerintah itu sedang mencari pinjaman sebesar US$ 2,9 juta untuk proyek tersebut. Pembicaraan dengan berbagai bank internasional, salah satunya dari Cina, saat ini masih berlangsung dan belum mencapai keputusan.
Terkait dengan krisis keuangan global, kata Fahmi, pihaknya menunda rencana penerbitan obligasi dalam bentuk rupiah dan dolar Amerika. Obligasi yang akan diterbitkan rencananya bernilai Rp 3 triliun dan US$ 1 miliar, atau total sekitar Rp 13 triliun. "Kami akan menangguhkan sementara rencana (penerbitan) itu," katanya.
Rencananya, penerbitan obligasi tersebut akan dipakai untuk membiayai proyek-proyek perseroan pada 2009 hingga 2010, termasuk proyek 10 ribu megawatt, yang nilainya mencapai Rp 80 triliun.
Terkait dengan penurunan harga minyak dunia hingga di bawah US$ 100 per barel, menurut Fahmi, ada kemungkinan subsidi listrik akan berkurang pada 2009. Dalam rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara tahun depan, pemerintah akan memberikan subsidi sekitar Rp 54,5 triliun.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro menyatakan pemerintah akan mengupayakan pendanaan proyek 10 ribu megawatt dari Timur Tengah. Menurut dia, banyak dana segar di negara itu seiring dengan naiknya harga minyak.
Sedangkan Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Jack Purwono mengatakan PLN akan menjajaki pendanaan multilateral untuk mendanai proyek listrik tersebut. "Lembaga keuangan internasional kan banyak sekali. Bisa dari World Bank, JBIC, dan Islamic Development Bank," katanya.
Manajemen perusahaan negara itu hingga kini masih kekurangan dana untuk membiayai proyek listrik 10 ribu megawatt tahap pertama. Sebelumnya, Wakil Direktur Utama PLN Rudiantara menyatakan proyek listrik tersebut akan dijadikan proyek listrik swasta (independent power producer). Langkah itu dilakukan untuk mengantisipasi krisis keuangan global yang melanda industri keuangan dunia.
Menurut dia, keterlibatan kontraktor swasta untuk mengatasi pendanaan proyek tersebut. Dia menambahkan, di tengah krisis likuiditas perbankan global, PLN mengalami risiko tidak mendapat pinjaman US$ 1,9 miliar pada akhir tahun nanti. Swasta akan dilibatkan dalam bentuk kemitraan sewa (leasing).
Sumber: Koran Tempo, 14 oktober 2008
No comments:
Post a Comment